Gaya Hidup, Gema Sumatra – Penampilan Isa Zega saat menjalankan ibadah umrah terus menjadi sorotan publik.
Sebagai seorang transgender, Isa mengenakan pakaian syar’i lengkap dengan hijab dan cadar selama berada di Tanah Suci.
Tindakan ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk anggota DPR RI, yang menilai bahwa Isa telah melanggar norma agama dan seharusnya di hukum karena di anggap melakukan penistaan agama.
Isa Zega, yang kerap menjadi tokoh kontroversial, memulai perjalanan ibadahnya dengan membagikan foto di media sosial.
Dalam unggahannya, ia terlihat mengenakan dress panjang dan hijab hitam sembari menuliskan doa-doa.
Namun, beberapa warganet menilai tindakan Isa ini sebagai bentuk penyesatan identitas dan pelanggaran norma ibadah.
“Sesuaikanlah kodratmu bila bertamu ke rumah Allah. Itu tempat suci,” tulis salah satu komentar di media sosial.
Tidak berhenti di sana, kritik semakin memanas setelah Nikita Mirzani turut membeberkan data check-in hotel Isa Zega yang menunjukkan identitas aslinya sebagai pria.
Nikita bahkan menyatakan bahwa Isa Zega seharusnya bersikap lebih jujur saat berada di Tanah Suci.
“Kau bisa menipu dunia, tapi kau tidak bisa menipu Sang Pencipta,” ujar Nikita dalam salah satu unggahannya.
Kritikan tidak hanya datang dari individu, tetapi juga tokoh politik.
Salah satu anggota DPR RI menegaskan bahwa tindakan Isa Zega merusak nilai kesucian ibadah dan meminta penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas.
Dalam pandangannya, tindakan Isa dapat merusak persepsi umat terhadap pentingnya menjaga adab dan kodrat saat beribadah di tempat suci.
“Ini bukan sekadar pelanggaran norma sosial, tetapi juga menyangkut kesucian agama yang harus di junjung tinggi,” tegasnya dalam pernyataan resmi.
Di sisi lain, Isa memilih untuk mengunci akun media sosialnya setelah menerima banyak serangan daring.
Keputusan ini memunculkan spekulasi bahwa Isa merasa tertekan akibat gelombang kritik yang datang bertubi-tubi.
Namun, hingga saat ini, Isa belum memberikan tanggapan resmi terkait kecaman tersebut.
Sebagai catatan, isu yang menyangkut gender, agama, dan norma sosial di Indonesia memang kerap memicu perdebatan panjang.
Menurut para pakar, seperti Dr. Nurul Hidayah, seorang sosiolog agama, tindakan seperti ini dapat menimbulkan ketegangan sosial karena masyarakat Indonesia memiliki sensitivitas tinggi terhadap simbol-simbol agama.
“Ketika norma-norma itu di langgar, wajar jika muncul reaksi keras. Namun, respons yang di berikan juga sebaiknya tidak mengarah pada ujaran kebencian,” ujar Dr. Nurul dalam wawancara dengan media.
Kontroversi ini menunjukkan pentingnya menjaga kejujuran dan menghormati norma, terutama dalam konteks ibadah.
Kasus Isa Zega menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam bertindak, terutama di ruang publik.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News