GEMASUMATRA.COM – Lonjakan signifikan titik panas (hotspot) di Provinsi Riau selama pekan ketiga Juli 2025 memicu kembali ancaman kabut asap lintas negara yang sempat mereda beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data BMKG, hingga 20 Juli 2025 tercatat 1.208 titik panas di wilayah Sumatra, dengan 586 titik berada di Riau. Kabupaten Rokan Hilir menjadi wilayah dengan sebaran terbanyak, disusul Rokan Hulu, Dumai, dan Siak.
Kondisi kekeringan serta tingginya suhu permukaan memperparah situasi, membuat lahan gambut di wilayah tersebut semakin rentan terbakar. BMKG mencatat bahwa indeks kekeringan atmosfer di Riau sudah memasuki kategori sangat kering, memperbesar potensi kebakaran lahan.
Asap dari kebakaran lahan dan hutan ini dilaporkan mulai menyebar ke Malaysia, sebagaimana terpantau dalam citra satelit Terra dan Aqua. Otoritas Malaysia mengonfirmasi keberadaan kabut asap lintas batas yang bersumber dari wilayah Sumatra.
Pemerintah Indonesia melalui Satgas Karhutla merespons cepat dengan mengintensifkan operasi darat dan udara. Puluhan personel TNI, Manggala Agni, dan BPBD telah dikerahkan, dibantu armada helikopter water bombing dan pesawat modifikasi cuaca untuk hujan buatan.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) menyampaikan enam poin atensi dari Presiden, termasuk perlunya koordinasi lintas sektor, penindakan hukum tegas, serta optimalisasi sistem pengawasan satelit.
Sementara itu, DPR RI mendesak pemerintah memaksimalkan penggunaan Karhutla Monitoring System (KMS) berbasis citra satelit resolusi tinggi, guna meningkatkan deteksi dini dan pencegahan karhutla secara akurat dan cepat.
Meski belum ada laporan korban jiwa, kualitas udara di sejumlah wilayah Riau mulai memburuk. Masyarakat diminta membatasi aktivitas di luar ruangan, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
BMKG memperkirakan risiko karhutla di Sumatra, khususnya Riau, masih tinggi hingga awal Agustus 2025. Operasi pencegahan dan pemadaman terus ditingkatkan untuk mencegah meluasnya bencana.







