BATAM, Kepulauan Riau, Rabu, 8 Oktober 2025, WIB — Football Association of Malaysia (FAM) adalah federasi yang membina sepak bola Malaysia, mulai tim nasional hingga regulasi pembinaan. Markasnya di Wisma FAM, Kelana Jaya, Selangor. Di lapangan kompetisi, liga profesional dikelola operator terpisah—Malaysian Football League (MFL)—dengan kasta teratas Liga Super Malaysia (13 klub). Bagi penonton Sumatra, kedekatan geografis—terutama Kepri dan pesisir timur—membuat kiprah FAM dan Liga Malaysia relevan untuk diikuti, dari jadwal laga sampai pergerakan pemain ASEAN.
FAM merupakan penerus organisasi era Malaya. Secara historis, Malayan Football Association (MFA) berdiri pada 1926, lalu direorganisasi menjadi Football Association of Malaya (FAM) pada 1933. Federasi ini berafiliasi ke FIFA dan AFC sejak 1954 serta turut menjadi anggota pendiri AFF pada 1984.
Selain tim nasional putra/putri dan futsal, FAM menaungi program perwasitan, kepelatihan, serta pembinaan usia muda. Adapun urusan liga profesional sehari-hari—jadwal, hak siar, dan lisensi klub—ditangani MFL, sementara FAM berperan sebagai otoritas federatif dan regulator.
Dari sisi data kompetisi, Liga Super Malaysia berdiri pada 2004 dan kini diikuti 13 klub (musim 2024–2025). Johor Darul Ta’zim (JDT) mendominasi dengan 11 gelar hingga 2025.
Di turnamen piala, Malaysia Cup 2024–2025 diikuti 16 tim—13 peserta Liga Super ditambah 3 terbaik dari Malaysia A1 Semi-Pro—dengan format gugur dua leg sejak 16 besar hingga semifinal; final satu pertandingan. Di tingkat tim nasional, julukan “Harimau Malaya” lekat pada skuad senior pria sebagai identitas sejarah dan kultural.
“FAM — ‘Kami akan mengajukan banding melalui jalur resmi dan menyertakan dokumen pemerintah yang terverifikasi.’ ” Pernyataan itu muncul menyusul sanksi FIFA pada 26–27 September 2025 terhadap FAM dan tujuh pemain yang baru dinaturalisasi terkait kelayakan dokumen.
Proses banding sedang berjalan di tingkat FIFA dan dapat berlanjut ke lembaga arbitrase olahraga. Bagi pembaca, ini menjadi contoh fungsi tata kelola federasi: kepatuhan regulasi identitas/eligibilitas pemain adalah aspek inti dalam sepak bola modern dan dapat berdampak pada hasil pertandingan serta reputasi institusi.
Apa kaitannya bagi warga Sumatra? Pertama, akses tontonan. Banyak penonton di Kepri, Riau, dan Sumatera Utara mengikuti Liga Malaysia—baik lewat siaran resmi maupun tur tandang singkat. Kedua, potensi ekonomi lokal: nobar (nonton bareng), penyewaan layar, hingga jualan pernak-pernik klub dapat menggerakkan UMKM bila dikelola tertib dan berizin.
Ketiga, koneksi pemain ASEAN: sejak 2025/2026, misalnya, penyerang Indonesia Ramadhan Sananta bergabung dengan DPMM FC (klub Brunei yang berlaga di Liga Malaysia). Arus talenta lintas-negara memperkaya daya saing liga dan menambah minat audiens.
Dari kacamata sejarah, turnamen antardaerah di Semenanjung berakar dari Malaya Cup (1921) yang kemudian berganti menjadi Malaysia Cup (1963). Garis waktu ini menjelaskan mengapa antusiasme rivalitas antarklub/negeri bertahan lintas generasi.
Bagi komunitas suporter Sumatra—yang wilayahnya bertetangga dekat—kedekatan sosiokultural dan logistik membuat interaksi penonton dua negara berlangsung intens, terutama pada laga-laga besar.
Langkah lanjut untuk penonton dan pelaku event lokal: (1) ikuti kalender resmi Liga Super/Malaysia Cup agar agenda nobar terencana; (2) pastikan hak siar dan izin keramaian dipenuhi; (3) manfaatkan momen laga antarklub ASEAN untuk promosi wisata kuliner daerah; (4) bagi sekolah/akademi, jadikan materi FAM/MFL sebagai rujukan lisensi pelatih dan standar pembinaan—dari penggunaan VAR di liga, manajemen pertandingan, sampai edukasi etik suporter.
Intinya, pahami struktur (federasi vs operator liga), patuhi regulasi, dan gunakan antusiasme sebagai pengungkit ekonomi kreatif daerah.







