Fatih Architecture Studio Banner
Fatih Architecture Studio Banner

Grabag Siaga Musim Hujan 2025/2026, Warga Diminta Waspada

Kerentanan banjir–longsor jadi fokus; BMKG: puncak hujan November–Desember

Hujan deras
Hujan deras

MAGELANG, Kamis, 16 Oktober 2025, WIB — Memasuki musim hujan 2025/2026, wilayah Grabag—baik di Kabupaten Magelang maupun Purworejo, Jawa Tengah—meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana hidrometeorologi. BMKG memprakirakan puncak hujan untuk Indonesia bagian barat terjadi pada November–Desember 2025 dan durasinya cenderung lebih panjang dari biasanya. Pemerintah daerah mengimbau warga memeriksa saluran air, lereng, dan dokumen penting keluarga.

Dalam paparan resmi, BMKG menyebut sebagian besar zona iklim di Pulau Jawa memulai musim hujan pada Oktober 2025. Peringatan dini cuaca untuk Jawa Tengah juga dikeluarkan berkala pada pertengahan Oktober karena potensi hujan sedang–lebat disertai kilat serta angin kencang. Kondisi ini meningkatkan peluang banjir lokal di daerah dataran rendah dan potensi longsor pada topografi curam yang mengelilingi Grabag.

Di Grabag, catatan kerentanan tidak berdiri di ruang hampa. Pemerintah Kabupaten Magelang sebelumnya merilis informasi banjir setinggi ±30 cm yang pernah menggenangi kawasan Pasar Grabag akibat sumbatan material pada drainase. Di sisi selatan, Kecamatan Grabag (Purworejo) yang berada dekat pesisir selatan Jawa juga rutin menggelar kegiatan kebencanaan—mulai dari penyusunan rencana kontinjensi tsunami hingga distribusi bantuan pascakejadian angin kencang—untuk memperkuat kesiapan warga menghadapi cuaca ekstrem musiman.

Baca Juga:  Bengkulu: gempa M2,9 di selatan Kaur, tak berpotensi tsunami

“Awal musim hujan biasanya diiringi cuaca tidak menentu, dari gerimis berkepanjangan hingga hujan lebat singkat yang efektif memicu genangan,” ujar seorang analis prakirawan setempat. Ia menggarisbawahi perlunya kewaspadaan saat terjadi hujan intensitas tinggi lebih dari dua jam, terutama pada sore hingga malam hari. Di level kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyarankan RT/RW membentuk posko siaga dan memastikan jalur evakuasi bebas hambatan.

Bagi warga Sumatra yang memiliki keluarga atau aktivitas di Jawa Tengah—termasuk mahasiswa perantau, pekerja proyek, atau sopir logistik—informasi ini relevan untuk perencanaan perjalanan lintas-pulau. Akses jalan Purworejo–Magelang di koridor selatan kerap padat, dan pada periode hujan berpotensi terganggu genangan atau pohon tumbang. Pelaku usaha angkutan dan UMKM di sekitar Grabag dapat menyesuaikan jadwal kirim/penerimaan barang, menambah jeda waktu tempuh, serta menyiapkan rencana cadangan bila terjadi penutupan sementara ruas jalan.

Baca Juga:  BMKG: Hujan Ringan hingga Sedang Guyur Beberapa Wilayah Sumut Hari Ini

Sebagai latar, Grabag (Magelang) berada di kaki perbukitan dengan jaringan saluran irigasi dan drainase pasar/permukiman yang saling terhubung, sehingga sumbatan material dapat cepat menimbulkan limpasan. Sementara Grabag (Purworejo) mencakup desa-desa dengan kerentanan kombinasi—angin kencang, banjir rob/luapan sungai, serta potensi terdampak guncangan gempa dan tsunami di wilayah selatan Jawa. Pemerintah desa bersama BPBD setempat sepanjang 2025 memperkuat edukasi kebencanaan dan simulasi; kebiasaan membuat tas siaga (obat, dokumen, senter, baterai cadangan) kembali ditekankan.

Langkah praktis bagi warga: (1) bersihkan talang dan parit, singkirkan sampah serta sisa material bangunan di mulut drainase; (2) tandai titik rawan longsor, atur ulang fungsi lahan di sekitar tebing/lereng; (3) susun kontak darurat—BPBD, puskesmas, dan perangkat desa—di tempat mudah terlihat; (4) bagi pelaku usaha pasar, siapkan palet/kursi lipat untuk mengganjal rak saat genangan mendadak; (5) cek jadwal prakiraan cuaca harian dan peringatan dini resmi sebelum beraktivitas luar ruang.

Baca Juga:  Peringatan Cuaca Sumatra 28 Okt–3 Nov: Hujan Meningkat, Gelombang Naik di Natuna–Kepri

Ke depan, pemda menyiapkan kombinasi mitigasi struktural (normalisasi drainase, pembersihan saluran pasar, penanganan titik rawan di jalan antarkecamatan) dan nonstruktural (simulasi evakuasi, pembaruan rute jalur cepat ambulans, serta penguatan komunikasi publik). Musim hujan yang diprakirakan lebih panjang perlu direspons dengan pengelolaan risiko yang konsisten, bukan sekadar respons pascakejadian. Redaksi akan memperbarui informasi bila ada perubahan status siaga atau laporan insiden yang memengaruhi keselamatan dan mobilitas warga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *