Fatih Architecture Studio Banner
Fatih Architecture Studio Banner

Inflasi Oktober 2025 4,52% (yoy), Cabai Merah Penyumbang Utama

BPS: inflasi bulanan 0,40%; year to date 3,87%. Harga pangan, terutama cabai merah, dominan mendorong kenaikan.

inflasi Sumbar Oktober 2025 (Photo by Jens: https://www.pexels.com/photo/pile-of-red-chilli-pepper-221140/)
inflasi Sumbar Oktober 2025 (Photo by Jens: https://www.pexels.com/photo/pile-of-red-chilli-pepper-221140/)

[PADANG/SUMBAR], Rabu, 5 November 2025, 10.55 WIB — Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat melaporkan inflasi Oktober 2025 sebesar 0,40% (month-to-month/mtm). Secara tahunan, inflasi 4,52% (year-on-year/yoy), sementara year to date (ytd) mencapai 3,87%. Komoditas cabai merah tercatat sebagai penyumbang utama kenaikan harga, disusul beberapa komoditas emas/perhiasan dan bahan pangan lain. BPS menekankan kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberi andil terbesar terhadap inflasi tahunan provinsi.

Berdasarkan rilis resmi, laju harga di Sumbar pada Oktober menguat setelah bulan sebelumnya juga mencatat inflasi. Dinamika pasokan dan cuaca memengaruhi komoditas bumbu dan pangan segar. Pada sisi lain, ada kelompok pengeluaran yang tertahan atau turun tipis sehingga menahan laju inflasi lebih lanjut. Tren ini sejalan dengan pola nasional yang melihat dorongan harga dari komponen inti (termasuk emas perhiasan) serta harga yang diatur pemerintah.

Kepala BPS Sumbar dalam uraian Berita Resmi Statistik menegaskan, “pada Oktober 2025, Sumbar mengalami inflasi 0,40% (mtm) dan 4,52% (yoy). Komoditas cabai merah memberi andil dominan.” Andil kelompok makanan menjadi perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk memperkuat stabilisasi pasokan dan kelancaran distribusi lintas kabupaten/kota.

Baca Juga:  Karhutla Meluas di Sumbar dan Sumsel, Puluhan Hektare Lahan Terbakar

Dampak bagi warga & UMKM, bagi rumah tangga, kenaikan harga cabai merah memukul pengeluaran dapur harian dan biaya produksi kuliner rumahan/warung makan. UMKM kuliner disarankan meninjau ulang porsi menu pedas, menggunakan pola kontrak pasokan mingguan dengan pedagang grosir, serta melakukan substitusi sementara (campuran cabai kering/bon cabe) tanpa mengorbankan cita rasa. Untuk pedagang pasar, perbaiki manajemen stok saat hujan lebat agar penyusutan barang basah tak membengkak.

Baca Juga:  Padang Dikepung Banjir, 27.433 Warga Terdampak

Sebagai latar & perbandingan, pada September 2025, Sumbar mencatat inflasi 0,85% (mtm) dan 4,22% (yoy), juga didorong pangan segar. Kenaikan yoy Oktober ke 4,52% menunjukkan tekanan harga belum sepenuhnya reda jelang akhir tahun, ketika permintaan musiman biasanya meningkat (libur panjang/akhir tahun). TPID dan pemda didorong mempercepat operasi pasar, memperkuat jalur distribusi dari sentra produksi (Agam, Solok, Pesisir Selatan) ke kota-kota konsumen, serta mengoptimalkan angkutan pangan saat cuaca tidak menentu.

Baca Juga:  Gelombang 2,5–4 m (8–11 Nov), Nelayan & Pelayaran Waspada di Sumatra Barat

Langkah lanjut & imbauan:

  1. Rumah tangga: buat daftar belanja prioritas, pertimbangkan alternatif bumbu dan belanja sore/hari pasar untuk harga lebih kompetitif.
  2. UMKM kuliner: terapkan resep efisiensi (tanpa mengorbankan kualitas), negosiasikan pasokan tetap 1–2 minggu.
  3. Pemda/TPID: operasi pasar cabai merah dan komoditas strategis, fasilitasi cold chain sederhana di pasar induk.
  4. Rantai pasok: dorong panen bertahap, kurangi losses pascapanen saat hujan; manfaatkan info BMKG untuk jadwal panen/angkut.
  5. Konsumen: bandingkan harga antar pasar, manfaatkan aplikasi pemantau harga resmi daerah bila tersedia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *