BANDA ACEH, Minggu, 16 November 2025, 10.00 WIB — Pemadaman listrik yang berulang di berbagai kabupaten/kota di Aceh sepanjang 2025 kembali menuai protes. Serikat Aksi Peduli Aceh (SAPA) menilai pemerintah dan PLN lamban menyelesaikan akar masalah, sementara dampak ekonomi dan layanan publik semakin meluas, termasuk gugatan perdata miliaran rupiah dari seorang peternak ayam.
Sabtu (15/11/2025) petang, Aceh kembali mengalami gangguan pasokan listrik. Laporan AJNN menyebut listrik sempat blackout di sejumlah wilayah, termasuk Aceh Barat Daya dan Banda Aceh, menyusul gangguan pembangkit interkoneksi Sumatra yang sebelumnya juga memicu pemadaman luas pada akhir September. PLN UID Aceh menyatakan sistem masih dalam tahap investigasi dan pemulihan dilakukan bertahap dengan manajemen beban.
Dalam pernyataan yang dimuat Gemarnews, SAPA menyebut pemadaman hampir merata di banyak kabupaten/kota sepanjang tahun ini, mengganggu kegiatan rumah tangga, pelaku usaha kecil, hingga pelayanan publik seperti fasilitas kesehatan dan distribusi air bersih. Ketua SAPA, Fauzan Adami, menegaskan listrik adalah kebutuhan dasar yang seharusnya dijamin negara dan meminta persoalan ini tidak lagi dianggap kejadian teknis biasa.
“Warga sudah terlalu sering menerima alasan gangguan teknis tanpa penjelasan tuntas dan roadmap perbaikan yang jelas. Pemerintah Aceh perlu bersikap lebih tegas kepada PLN dan pemerintah pusat agar hasil investigasi diumumkan terbuka, dan ada langkah konkret supaya kejadian serupa tidak berulang,” kata Fauzan, menyoroti perlunya pembenahan jaringan, penambahan kapasitas pembangkit, dan peningkatan tata kelola pelayanan pelanggan.
Dampak ekonominya mulai terasa nyata. Seorang peternak ayam broiler, M. Hatta, asal Aceh Barat Daya, menggugat PLN ke Pengadilan Negeri Blangpidie dengan nilai gugatan sekitar Rp 1,7 miliar, setelah sekitar 19.500 ekor ayamnya mati ketika pemadaman bergilir terjadi pada akhir September lalu. Blower kandang berhenti beroperasi akibat listrik padam sehingga ayam kekurangan sirkulasi udara. Gugatan tersebut menyoroti potensi kerugian besar bagi usaha yang bergantung pada pasokan listrik stabil.
Catatan media lokal menunjukkan, selain rumah tangga dan peternak, pemadaman juga berdampak pada distributor makanan beku, bengkel, percetakan, dan layanan publik seperti PDAM yang pompa airnya ikut terhenti saat aliran listrik padam. Aktivitas ibadah dan kegiatan belajar mengajar pada malam hari di sejumlah gampong juga beberapa kali terganggu ketika pemadaman terjadi mendadak tanpa informasi jadwal.
SAPA mendorong Pemerintah Aceh menyusun langkah lanjutan berupa audit sistem kelistrikan bersama lembaga independen, mendorong transparansi hasil investigasi PLN, serta membuka kanal pengaduan terpadu kerugian warga. Organisasi itu juga meminta pemerintah pusat mengkaji skema kompensasi yang lebih jelas bagi pelanggan terdampak pemadaman berkepanjangan, sembari mengingatkan bahwa stabilitas listrik menjadi syarat penting bagi iklim investasi dan percepatan pembangunan di Aceh.







