[MEDAN, Sabtu, 15 November 2025, 10.15 WIB] — Harga pangan jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) kembali menjadi sorotan nasional. Data Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan pergerakan harga beras, minyak goreng, gula, dan cabai yang naik-turun di berbagai provinsi. Di Sumatra, sebagian wilayah menikmati penurunan harga, sementara daerah lain justru mencatat kenaikan yang menggerus daya beli rumah tangga.
Secara nasional, panel harga Bapanas yang dirangkum lembaga riset Katadata mengindikasikan harga rata-rata beras, cabai merah, dan minyak goreng cenderung melemah tipis pada pertengahan November 2025, meski belum sepenuhnya kembali ke level sebelum lonjakan harga. Pemerintah pusat menyatakan distribusi beras masih terjaga dan melakukan intervensi melalui operasi pasar dan program Gerakan Pangan Murah (GPM) untuk menahan tekanan harga.
Di Aceh, data harga pangan terkini menunjukkan harga beras dan telur ayam ras sempat turun dibanding pekan sebelumnya, memberi sedikit ruang napas bagi konsumen. Namun beberapa komoditas lain seperti cabai rawit dan minyak goreng masih bergerak fluktuatif, dipengaruhi pasokan dari luar daerah dan biaya logistik.
Situasi berbeda terlihat di Sumatera Selatan dan Jambi. Di Sumsel, laporan panel Bapanas yang diolah Katadata menunjukkan dalam beberapa hari terakhir lebih banyak komoditas yang naik dibanding turun: minyak goreng curah, cabai merah besar, cabai merah keriting, dan cabai rawit merah menjadi penyumbang kenaikan, sementara telur ayam ras dan sebagian beras program intervensi pemerintah justru turun. Di Jambi, harga gula konsumsi, beras, dan minyak goreng juga tercatat naik pada Jumat (14/11), menandakan tekanan inflasi pangan lokal belum tuntas.
Sumatera Barat mencerminkan pola campuran. Sejumlah laporan harga pangan menampilkan cabai merah dan cabai rawit yang melonjak, sementara beras medium justru melemah dibanding hari sebelumnya. Kondisi ini membuat rumah tangga menghadapi dilema: sebagian pengeluaran sembako bisa dihemat dari beras, tetapi tertutup oleh kenaikan tajam bumbu dapur.
Di Sumatera Utara, harga beras medium dan beras kualitas super menunjukkan tren menurun dibanding sebulan lalu, meski masih lebih tinggi dibanding awal tahun. Catatan dashboard harga yang dikompilasi Katadata menunjukkan harga beras medium I di pasar tradisional Sumut turun dari kisaran Rp 14.650 per kilogram sebulan lalu, tetapi dalam tiga bulan terakhir masih naik sekitar 4–5 persen.
Pemerintah Provinsi Sumut sebelumnya telah mengintervensi pasar cabai dan beras melalui operasi pasar dan subsidi ongkos angkut untuk menahan kenaikan harga di sejumlah kabupaten/kota.
Bagi warga Sumatra, dinamika harga ini langsung terasa dalam perencanaan anggaran rumah tangga. Kenaikan cabai merah, cabai rawit, dan gula konsumsi memukul pedagang kecil kuliner dan penjual makanan siap saji, yang harus memilih antara menaikkan harga menu atau mengurangi porsi bumbu. Penurunan harga beras di beberapa daerah membantu menstabilkan pengeluaran pokok, namun belum sepenuhnya menutup lonjakan komoditas lain.
Pemerintah pusat melalui Bapanas menyebut harga beras premium naik di 12 provinsi, termasuk beberapa wilayah Sumatra bagian tengah, dan menyiapkan operasi pasar lebih besar menjelang puncak musim liburan Nataru. Di tingkat daerah, pemda Aceh, Sumut, Sumbar dan Sumsel memperbanyak pasar murah dan GPM untuk menargetkan kantong-kantong inflasi di pasar rakyat dan kawasan padat penduduk.
Warga disarankan memantau informasi resmi harga pangan di kanal pemerintah daerah atau aplikasi harga pangan, membandingkan harga antarpasar sebelum belanja besar, dan memanfaatkan program pasar murah yang digelar pemda. Bagi pelaku UMKM kuliner, pengelolaan stok dan variasi menu berbahan lokal yang sedang turun harga dapat menjadi strategi menjaga margin tanpa membebani konsumen.







