Fatih Architecture Studio Banner
Fatih Architecture Studio Banner

Hari Sawit Nasional: Jejaknya Dimulai dari Aceh dan Asahan

Dari Sungai Liput dan Pulu Raja hingga jutaan hektare kebun sawit di Sumatra

Harga TBS Sawit (Photo by Ihsan Adityawarman: https://www.pexels.com/photo/top-view-photo-of-unpaved-road-surrounded-by-trees-1643370/)
Harga TBS Sawit (Photo by Ihsan Adityawarman: https://www.pexels.com/photo/top-view-photo-of-unpaved-road-surrounded-by-trees-1643370/)

MEDAN, SUMATERA UTARA, Selasa, 18 November 2025, 11.30 WIB — Hari Sawit Nasional yang diperingati setiap 18 November menandai penanaman kelapa sawit komersial pertama di Indonesia pada 18 November 1911. Catatan sejarah menyebut lokasi awalnya berada di Kebun Sungai Liput, Aceh, dan Pulu Raja di Asahan, Sumatera Utara.

Usulan peringatan Hari Sawit Nasional sendiri mengemuka dari Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) dan kemudian diadopsi pelaku industri serta pemerintah sebagai momentum refleksi kontribusi sawit terhadap ekonomi nasional. Sumatra menjadi panggung utama, karena dari pulau inilah budidaya sawit skala besar berkembang dan menyebar ke berbagai daerah lain.

Data Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Kementerian Pertanian menunjukkan Indonesia memiliki sekitar 16,8 juta hektare kebun sawit dengan produksi lebih dari 46 juta ton pada 2022. Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jambi berada di jajaran provinsi dengan areal sawit terluas dan produksi terbesar.

Baca Juga:  Jembatan Darurat Alue Siron di Nagan Raya Sudah Bisa Dilalui

Ismadi, Pejabat Dinas Perkebunan Aceh — “Aceh memiliki lebih dari 565 ribu hektare kebun sawit dan menyerap sekitar 578 ribu tenaga kerja. Kontribusi sawit bukan hanya pada ekspor, tetapi juga pada ekonomi desa dan penyerapan tenaga kerja lokal,” ujarnya dalam keterangan yang pernah dirilis Pemerintah Aceh.

Bagi Sumatra Utara, sawit adalah komoditas perkebunan terbesar, dengan jutaan ton tandan buah segar dihasilkan setiap tahun. Sejumlah kabupaten seperti Asahan, Labuhanbatu, dan Langkat menggantungkan sebagian besar aktivitas ekonominya pada kebun sawit, baik milik perusahaan besar maupun kebun rakyat.

Baca Juga:  Kejutan dan Inovasi: Berita Terbaru di Aceh yang Menginspirasi

Di sisi lain, ekspansi sawit memunculkan tantangan lingkungan dan tata ruang. Berbagai studi mencatat perlunya praktik budidaya berkelanjutan, perlindungan kawasan bernilai konservasi tinggi, serta penegakan aturan di lahan gambut. Sumatra tercatat sebagai salah satu wilayah dengan tumpang tindih antara areal sawit dan ekosistem gambut, sehingga pengelolaan berbasis sains dan hukum menjadi krusial.

Baca Juga:  Tengkorak Ditemukan di Aceh Besar, Diduga Korban Hilang 56 Hari

Bagi petani kecil di Sumatra, isu utama bukan hanya produktivitas, tetapi juga akses pembiayaan replanting, legalitas lahan, dan harga jual TBS yang stabil. Peringatan Hari Sawit Nasional tahun ini diharapkan tidak sekadar seremonial, tetapi menjadi momentum memperkuat program peremajaan sawit rakyat yang ramah lingkungan, adil bagi petani, dan tetap menjaga kontribusi sawit pada devisa serta pendapatan daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *