TAPANULI TENGAH, Sabtu, 29 November 2025, 09.30 WIB — Banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera Utara menewaskan setidaknya 116 orang dan menyebabkan 42 orang masih dalam pencarian, dengan ribuan keluarga mengungsi di Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan sejumlah kabupaten/kota lain, sementara jalur utama menuju Sibolga masih dalam proses dibuka tim gabungan.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjelaskan dalam konferensi pers bahwa korban meninggal tersebar di Tapanuli Utara (11 orang), Tapanuli Tengah (47 orang), Tapanuli Selatan (32 orang), Kota Sibolga (17 orang), Humbang Hasundutan (6 orang), Kota Padang Sidempuan (1 orang), dan Pakpak Bharat (2 orang).
Data ini selaras dengan pemutakhiran yang disiarkan media nasional, yang merangkum total sedikitnya 174 korban jiwa di tiga provinsi Aceh, Sumut, dan Sumbar [Menunggu verifikasi].
Lebih dari 1.000 keluarga dilaporkan mengungsi di berbagai titik di Sumut. Di Tapanuli Utara, pengungsian terpusat di gedung gereja di jalur Tarutung–Sibolga yang menampung sekitar 600 kepala keluarga, sedangkan di Tapanuli Tengah terdapat lebih dari 1.100 Keluarga yang memanfaatkan fasilitas milik pemerintah daerah.
Sejumlah desa di Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal juga menyiapkan sedikitnya delapan titik pengungsian untuk warga terdampak.
“Dampak terparah saat ini ada di Sumatera Utara, terutama Tapanuli Tengah. Jalur Tarutung–Sibolga sebagai urat nadi transportasi masih kami upayakan tembus bersama TNI, Polri, dan Kementerian PUPR,” ujar Suharyanto.
Ia menambahkan, tim SAR gabungan masih melakukan penyisiran manual dan menggunakan perahu karet di beberapa titik banjir bandang, sementara alat berat terus membuka longsoran yang menutup badan jalan dan jembatan.
Bagi warga, bencana ini memukul ekonomi lokal. Nelayan Sibolga dan pedagang di pasar-pasar Tapanuli mengaku tidak bisa beraktivitas karena dermaga dipenuhi material kayu dan lumpur, sementara jalur distribusi dari dan ke Medan terganggu.
Sopir angkutan umum di jalur Tarutung–Sibolga terpaksa menghentikan operasi, sehingga konektivitas antarwilayah di pantai barat Sumut nyaris lumpuh.
Peristiwa ini terjadi ketika Sumut dan Aceh masih berada pada periode puncak musim hujan 2025, diperparah dampak siklon tropis Senyar dan sistem tekanan rendah di utara yang memicu hujan lebat berkepanjangan.
BMKG mencatat potensi hujan sedang hingga lebat masih akan hadir di banyak wilayah Sumut beberapa hari ke depan, dengan intensitas bervariasi di Medan, Pematangsiantar, Sibolga, dan wilayah pesisir barat.
BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk memperpanjang masa tanggap darurat dan memperkuat layanan dasar di pengungsian, termasuk kebutuhan air bersih, sanitasi, serta dukungan psikososial bagi anak dan lansia.
Warga diminta mematuhi arahan petugas bila diminta mengungsi dan menghindari aktivitas di sekitar tebing, bantaran sungai, serta jembatan yang berpotensi tergerus arus.







