Fatih Architecture Studio Banner
Fatih Architecture Studio Banner

Kabut Asap Riau Menyeberang ke Malaysia, Krisis Lintas Batas Mengancam

Jarak pandang menurun hingga 1 km, kabut asap melintasi batas negara

Ilustrasi Kabut Asap
Ilustrasi Kabut Asap

GEMASUMATRA.COM – Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau kembali mencuat, bahkan terdeteksi hingga ke Malaysia. Asap pekat dilaporkan melintas ke Negeri Sembilan dan wilayah sekitarnya pada Selasa (27/8/2025), menimbulkan kekhawatiran akan krisis lintas batas yang berulang.

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan adanya penurunan jarak pandang hingga 1 kilometer di beberapa titik di Riau. Sementara itu, satelit mendeteksi 46 hektar lahan terbakar di wilayah Rokan Hilir dan Rokan Hulu.

Pemerintah Malaysia mengonfirmasi adanya kabut asap yang berasal dari Sumatra. Kementerian Lingkungan Malaysia menyatakan kualitas udara di beberapa wilayah mengalami penurunan signifikan. “Kami meminta pemerintah Indonesia segera mengambil langkah tegas untuk menangani kebakaran lahan ini,” ujar pejabat kementerian setempat.

Baca Juga:  Bengkulu Latih Penggiat Mangrove Muda, Pesisir Diharap Lebih Tahan Krisis

Di sisi lain, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memastikan bahwa pemadaman sedang dilakukan, baik melalui darat maupun udara. “Tim gabungan terus berupaya mengendalikan titik api. Penyebab kebakaran diduga terkait pembukaan lahan ilegal,” kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan KLHK.

Aktivis lingkungan menilai kejadian ini sebagai tanda lemahnya pengawasan terhadap praktik pembukaan lahan. Greenpeace Indonesia menegaskan bahwa pola berulang kebakaran setiap musim kemarau adalah bukti kegagalan penegakan hukum terhadap perusahaan dan individu pelaku pembakaran.

Baca Juga:  Banjir Siak 213 KK Terdampak di 4 Kampung

Krisis kabut asap lintas batas ini pernah menjadi isu sensitif dalam hubungan Indonesia-Malaysia pada tahun-tahun sebelumnya. Jika tidak segera teratasi, bukan tidak mungkin ketegangan diplomatik kembali muncul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *