TAPANULI TENGAH, SUMATERA UTARA, Jumat, 28 November 2025, WIB — Banjir bandang dan longsor yang menerjang Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga sejak awal pekan menewaskan sedikitnya belasan warga, puluhan lainnya masih hilang, dan ribuan keluarga terdampak. Akses jalan nasional terputus sehingga evakuasi dan pengiriman logistik bergantung pada jalur laut dan udara.
Data sementara Posko SAR dan Polda Sumut mencatat total 34 orang meninggal dan 52 orang hilang akibat rangkaian bencana di berbagai kabupaten/kota Sumut, dengan dampak terbesar di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Sibolga dan Mandailing Natal.
Di Tapanuli Tengah, lebih dari 1.900 keluarga terdampak, sementara di Sibolga sedikitnya delapan warga dilaporkan meninggal dan 21 orang masih dalam pencarian setelah rumah mereka tersapu arus banjir bandang.
Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution menyatakan fokus utama pemerintah saat ini adalah penyelamatan jiwa dan pemenuhan kebutuhan dasar. “Untuk saat ini kita fokus evakuasi warga dan mempercepat pengiriman logistik untuk kebutuhan sehari-hari di lokasi terdampak,” ujar Bobby di Medan.
Terputusnya ruas jalan utama ke kawasan Tapanuli dan terganggunya jaringan listrik serta komunikasi membuat sejumlah desa terisolasi selama beberapa hari.
Helikopter TNI dan Basarnas dikerahkan untuk membawa bantuan makanan siap saji, air bersih, dan perlengkapan bayi ke titik-titik pengungsian di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Sibolga.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bencana ini dipicu kombinasi Siklon Tropis Senyar yang berkembang dari bibit siklon 95B di Selat Malaka dan sistem awan badai skala besar (MCC) di Samudra Hindia barat Sumatra. Kondisi ini memicu hujan sangat lebat, durasi panjang, dan mempertinggi risiko banjir bandang serta longsor di lereng-lereng curam.
Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat menyiapkan relokasi sementara bagi warga yang rumahnya hancur atau berada di zona merah longsor, sekaligus pendataan kerusakan infrastruktur seperti jembatan dan jalan nasional.
Warga di bantaran sungai dan kaki bukit diminta tetap siaga, mengungsi lebih awal bila hujan lebat berlangsung lama, serta mengikuti arahan petugas untuk mengurangi korban tambahan.







