Fatih Architecture Studio Banner
Fatih Architecture Studio Banner

Banjir rendam dua desa Kemuning Inhil, 243 KK terdampak

Akses warga terganggu, sebagian mengungsi mandiri dan menunggu penanganan lanjutan.

Banjir Kemuning Inhil 243 KK
Banjir Kemuning Inhil 243 KK

[INDRAGIRI HILIR], Selasa, 16 Desember 2025, 09.30 WIB — Banjir kembali melanda Kecamatan Kemuning, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Luapan sungai setelah hujan berintensitas tinggi merendam dua desa dengan total 243 kepala keluarga (KK) terdampak, sementara di lokasi lain jembatan penghubung antardesa dilaporkan runtuh.

Di Desa Lubuk Besar, banjir dilaporkan berdampak pada 188 KK. Di Desa Limau Manis, genangan mengganggu aktivitas 55 KK dan air disebut masuk hingga ke dalam rumah warga di sejumlah titik. Sejauh laporan yang dihimpun, warga banyak memilih mengungsi sementara ke rumah keluarga atau kerabat di lokasi yang lebih aman, tanpa posko pengungsian terpusat.

Selain genangan, gangguan akses juga terjadi setelah jembatan penghubung antara Desa Tuk Jimun dan Desa Air Balui (Kecamatan Kemuning) dilaporkan runtuh pada Senin (15/12/2025) sekitar pukul 17.00 WIB. Kerusakan disebut dipicu luapan Sungai Reteh yang disertai erosi tanah di sekitar struktur jembatan.

Baca Juga:  Akses Putus, Petani Aceh Tengah Pikul Cabai 20 Km

Camat Kemuning, Nurliatin, “Curah hujan yang tinggi menyebabkan debit air Sungai Reteh meningkat signifikan hingga mengakibatkan erosi dan runtuhnya jembatan penghubung dua desa.”

Bagi warga, dampaknya tidak hanya pada aktivitas harian, tetapi juga distribusi hasil pertanian dan kebutuhan pokok. Jembatan tersebut disebut sebagai akses vital yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat setempat. Pemerintah kecamatan dan desa memasang penutupan sementara untuk mencegah kecelakaan, terutama bagi pengguna kendaraan roda dua.

Baca Juga:  Medan Macet Panjang Akibat Banjir di Ngumban Surbakti, DPRD Usul Bangun Kanal

Latar kejadian menunjukkan wilayah bantaran sungai di Inhil rentan terdampak saat hujan berhari-hari. Kenaikan debit air dapat terjadi cepat, sehingga warga yang tinggal di titik rendah diminta menyiapkan langkah antisipasi seperti memindahkan barang penting, mengamankan dokumen, dan menyiapkan jalur evakuasi keluarga.

Ke depan, koordinasi lintas pihak diperlukan untuk penanganan darurat akses dan dukungan logistik. Aparat setempat diimbau memperkuat pemantauan titik rawan dan memastikan informasi peringatan dini cuaca tersampaikan hingga tingkat desa. Warga diminta segera melapor bila terjadi kenaikan air signifikan atau kerusakan akses tambahan, serta menghindari menyeberang di arus deras.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *