PALEMBANG, Sumatera Selatan, Selasa, 7 Oktober 2025, WIB — PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) adalah emiten jasa perkapalan yang berfokus pada angkutan laut dalam negeri untuk barang umum melalui armada tugboat dan tongkang. Operasi perusahaan menjangkau berbagai wilayah Indonesia, termasuk Sumatra, yang menjadi koridor penting angkutan komoditas curah.
CBRE berkantor pusat di Jakarta dan menjalankan layanan pelayaran untuk komoditas tambang, konstruksi, alat berat, hingga pertanian. Portofolio layanannya meliputi kontrak berbasis perjalanan (freight charter) maupun jangka waktu (time charter).
Dokumen perusahaan menunjukkan armada inti berupa kapal tunda (tugboat) dan tongkang (barge) dengan kapasitas 2.000–8.000 MT untuk mendukung pengangkutan antarpelabuhan domestik.
Di sisi cakupan, pemasaran dan layanan CBRE tercatat meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Bali–Nusa Tenggara, menegaskan jangkauan yang relevan bagi jalur logistik barat–timur Indonesia.
Dari sisi angka korporasi, CBRE resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 9 Januari 2023 setelah menawarkan 738 juta saham kepada publik (16,26% dari total saham) dengan harga penawaran Rp 108 per saham. Opsi waran Seri I ditetapkan pada rasio 5:9, dengan harga pelaksanaan Rp 258.
Emiten ini juga termasuk dalam Daftar Efek Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga dapat diperdagangkan oleh investor syariah. Informasi ini menjadi pijakan awal bagi pembaca yang mengikuti dinamika korporasi sektor pelayaran energi di BEI.
Suganto Gunawan, Komisaris Utama — ‘Dewan Komisaris menilai bahwa tahun 2024 merupakan periode penuh tantangan sekaligus peluang bagi Perseroan.’
Kutipan dalam laporan tahunan itu menggambarkan konteks bisnis pelayaran curah yang sensitif terhadap siklus komoditas, biaya operasional armada, dan cuaca.
Pada bagian terpisah, Dewan Komisaris juga menyebut dukungan terhadap pengoperasian kapal tipe Supramax 57.000 DWT sebagai langkah strategis untuk memperkuat daya saing layanan.
Bagi warga dan pelaku usaha di Sumatra, kehadiran operator tug–barge seperti CBRE berdampak pada keterhubungan pasokan batu bara, nikel, material konstruksi, dan kebutuhan industri antarwilayah.
Jalur-jalur pengiriman komoditas dari pelabuhan sungai maupun laut di Sumatra ke pusat konsumsi/industri di dalam pulau maupun lintas-pulau membutuhkan kepastian jadwal, keselamatan, dan efisiensi biaya.
UMKM pendukung (bengkel perkapalan, penyedia logistik darat ke pelabuhan, suplai bahan bakar dan kebutuhan kru) mendapatkan multiplier effect dari berjalannya aktivitas docking, perawatan armada, dan rotasi muatan yang lancar.
Secara historis, bisnis tug–barge di Indonesia identik dengan kebutuhan curah kering yang tinggi. Dalam prospektusnya, perusahaan memaparkan armada yang terdiri dari dua tugboat dan lima tongkang per 30 Juni 2022, sekaligus menegaskan fokus pada komoditas curah.
Cakupan wilayah yang “mampu melayani seluruh Indonesia” memosisikan CBRE untuk merespons lonjakan permintaan dari proyek infrastruktur dan pertambangan di sejumlah provinsi Sumatra.
Di sisi tata kelola, dokumen keterbukaan menyebut susunan pengurus perseroan (Komisaris Utama: Suganto Gunawan; Direktur Utama: Suminto Husin Giman; Direktur: Amanda Octania), serta rencana aksi korporasi yang dimintakan persetujuan pemegang saham dari waktu ke waktu.
Ke depan, perusahaan pelayaran di segmen ini menghadapi pekerjaan rumah berulang: menjaga ketersediaan kapal dan kesiapan teknis (minim idle time), efisiensi bahan bakar, serta kepatuhan ISM Code dan regulasi pelayaran nasional.
Untuk memperkuat rantai pasok Sumatra, kemitraan dengan otoritas pelabuhan, perencana muatan, dan penyewa (charterer) menjadi kunci agar ongkos logistik tetap terkendali. Bagi pembaca dan pelaku usaha, langkah bijak adalah memantau dokumen resmi (laporan tahunan, prospektus, keterbukaan informasi) sebelum mengambil keputusan bisnis atau investasi. Artikel ini bersifat informatif dan bukan rekomendasi investasi.







