PADANG – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali meluas di Pulau Sumatra selama bulan Juni 2025. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kehutanan di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan mencatat peningkatan signifikan titik api dan luasan lahan terbakar, memicu status siaga serta peringatan terhadap masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar.
Di Sumatera Barat, tercatat 43 titik kebakaran yang menyebabkan kerusakan pada sekitar 75 hektare lahan.
Wilayah terdampak meliputi Kabupaten Solok, Lima Puluh Kota, Agam, dan sekitarnya.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Ferdinal Asmin, menyebutkan bahwa Juni merupakan bulan dengan kejadian kebakaran tertinggi sejak awal tahun.
“Sebagian besar kebakaran berada di lahan non-produktif yang dekat dengan permukiman warga. Kami terus melakukan pemantauan dan patroli terpadu,” kata Ferdinal.
Sementara itu, Sumatera Selatan menghadapi lonjakan hotspot signifikan. BPBD Sumsel mencatat 169 titik panas sepanjang Juni, naik drastis dari 108 pada bulan sebelumnya.
Titik panas paling banyak ditemukan di Kabupaten Musi Rawas, Musi Banyuasin, Muara Enim, dan Ogan Komering Ilir.
Pemerintah daerah kini meningkatkan patroli darat dan udara, termasuk menggunakan drone pemantau dan helikopter water bombing untuk mencegah meluasnya kebakaran.
BPBD juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan, terutama saat angin kencang dan suhu tinggi seperti yang terjadi saat ini.
“Kesadaran masyarakat sangat penting. Kita tidak ingin tragedi kabut asap 2015 terulang,” ujar Kepala BPBD Sumsel dalam keterangannya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan puncak kemarau tahun ini terjadi pada Juli hingga awal Agustus, dengan potensi karhutla tinggi di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan.







