[SUMATRA], Sabtu, 8 November 2025, 09.30 WIB — Titik panas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumatra meningkat signifikan dalam sepekan terakhir. BMKG mencatat lonjakan titik panas di Riau, Sumatera Selatan, dan Jambi, yang mulai berdampak pada penurunan kualitas udara di beberapa kota besar.
Data pantauan satelit menunjukkan peningkatan dari 94 menjadi lebih dari 1.200 titik panas dalam periode pertengahan hingga akhir Oktober 2025. Lonjakan terbesar terjadi di Provinsi Riau dan Sumatera Selatan yang banyak memiliki lahan gambut rentan terbakar.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebut kebakaran lahan yang berlangsung sejak Oktober telah memicu kekhawatiran nasional. “Sebagian besar titik panas berada di area perkebunan dan lahan masyarakat. Kami sudah mengirim bantuan helikopter water bombing dan tim gabungan ke beberapa provinsi prioritas,” ujarnya dalam siaran resmi, Jumat (7/11).
Kualitas udara di Pekanbaru, Palembang, dan Jambi dilaporkan berada pada kategori tidak sehat sejak awal pekan. Warga mulai mengeluhkan iritasi mata dan sesak napas, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Sejumlah puskesmas melaporkan peningkatan pasien dengan gangguan pernapasan ringan.
Kebakaran lahan ini juga berdampak terhadap aktivitas ekonomi lokal. Petani sawit dan karet di Riau mengaku produksi menurun karena tanaman rusak akibat abu dan kurangnya sinar matahari. Maskapai penerbangan domestik di Sumatera Selatan juga dilaporkan sempat menunda beberapa jadwal karena jarak pandang menurun hingga 800 meter.
Pemerintah daerah diminta memperkuat patroli darat dan menindak tegas pembakaran lahan. BMKG mengimbau warga agar tidak melakukan aktivitas pembakaran terbuka dan menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan. Upaya modifikasi cuaca tengah disiapkan bila kondisi kelembapan udara memungkinkan.







