[MEDAN/SUMATERA UTARA], Selasa, 4 November 2025, 09.00 WIB — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) Provinsi Sumatera Utara pada Oktober 2025 mencapai 4,97% dengan IHK 110,89, tertinggi di antara 38 provinsi. Secara nasional, inflasi yoy tercatat 2,86% dengan IHK 109,04. Data ini menandai tekanan harga yang masih tinggi di Sumut dibanding rata-rata nasional.
Di sisi bulanan (month-to-month/mtm), Sumut justru mengalami deflasi sekitar 0,20% pada Oktober, mengindikasikan penurunan harga beberapa komoditas dari September ke Oktober meski laju tahunan masih tinggi. Sementara itu, secara tahun kalender (year-to-date/ytd) nasional berada di 2,10%. BPS juga melaporkan Papua menjadi provinsi dengan inflasi tahunan terendah (0,53%).
Badan Pusat Statistik — “Inflasi provinsi y-on-y tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 4,97 persen dengan IHK sebesar 110,89,” (Berita Resmi Statistik, 3 November 2025).
Bagi warga dan pelaku usaha di Medan, Deli Serdang, hingga Pematangsiantar, dampak utama terasa pada pengeluaran pangan harian dan biaya jasa. Kenaikan harga cabai merah dan beras beberapa bulan terakhir mempersempit ruang konsumsi rumah tangga berpendapatan tetap, sementara emas perhiasan ikut menyumbang tekanan di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Pelaku UMKM kuliner perlu mengatur ulang menu/porsi, mencari pemasok alternatif, dan menegosiasikan ongkos kirim agar margin tetap terjaga.
Sebagai latar, posisi Sumut sudah tinggi sejak September 2025 (yoy 5,32%). Penurunan menjadi 4,97% pada Oktober menunjukkan perbaikan, namun levelnya masih di puncak nasional. Di tingkat kabupaten/kota IHK di Sumut, variasi inflasi terjadi; sejumlah daerah mencatat laju di atas 6% yoy, sementara Medan berada di kisaran 4% [rincian menurut rilis lokal BPS Sumut].
Langkah lanjut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut bersama pemda perlu menjaga pasokan pangan strategis (cabai, beras, bawang) melalui operasi pasar, distribusi antarpulau, dan penyerapan panen. Warga disarankan berbelanja bijak, membandingkan harga antarpasar, dan memanfaatkan program pasar murah/gerai stabilisasi. Menjelang Natal–Tahun Baru, pemantauan harian di pasar induk dan ritel modern penting untuk mencegah lonjakan mendadak.







