PALEMBANG, Sumatera Selatan, Selasa, 7 Oktober 2025, WIB — Prajogo Pangestu dikenal sebagai pendiri Barito Pacific Group dengan portofolio inti di petrokimia melalui Chandra Asri dan energi terbarukan lewat Barito Renewables (Star Energy). Dalam dua tahun terakhir, manuver korporasinya—mulai akuisisi aset Shell di Singapura hingga konsolidasi kepemilikan di BREN—mempengaruhi ekosistem industri nasional, termasuk jaringan pasok di Sumatra.
Barito Pacific menaungi beragam lini: kimia, energi, dan infrastruktur. Chandra Asri (TPIA) menjalankan bisnis bahan kimia dasar dan produk turunan bagi banyak sektor, sementara Barito Renewables membawahi Star Energy Geothermal dan entitas energi angin.
Pada 2024–2025, Chandra Asri dan mitra meneken kesepakatan penting, termasuk pengambilalihan aset kilang–petrokimia Shell di Singapura melalui perusahaan patungan, serta penjajakan investasi dengan dana kekayaan negara Indonesia (INA) dan Danantara untuk pengembangan pabrik klor-alkali dan etilena diklorida di Tanah Air.
Dari sisi angka, Barito Renewables melantai di BEI pada 9 Oktober 2023 dan mengintegrasikan aset panas bumi Grup Star Energy dengan kapasitas terpasang sekitar 886 MW. Portofolio energi terbarukan ini menyatu dengan rencana pengembangan (termasuk proyek angin via Barito Wind).
Di ranah petrokimia, aset yang diakuisisi dari Shell mencakup kilang 237.000 barel per hari serta fasilitas etilena 1 juta ton per tahun di Bukom, plus aset MEG di Jurong yang memperkuat posisi Chandra Asri di Asia Tenggara.
Di saat bersamaan, dinamika pasar modal menyorot volatilitas saham-saham ekosistem Prajogo—BREN, TPIA, dan CUAN (Petrindo Jaya Kreasi)—dari euforia indeks hingga koreksi karena konsentrasi kepemilikan.
Merly, Direktur & Sekretaris Perusahaan BREN — ‘Penambahan kepemilikan saham oleh Bapak Prajogo mencerminkan keyakinan beliau pada prospek Perseroan dan dukungan terhadap target net zero Indonesia.’
Kutipan ini menggambarkan pesan kunci: ekspansi energi bersih diposisikan sebagai pilar pertumbuhan jangka panjang, bukan tren sesaat, selaras dengan agenda transisi energi nasional.
Bagi Sumatra, dampaknya terasa pada dua jalur. Pertama, jalur bahan baku: produk kimia dasar—polyolefin, styrenics, resin, hingga bahan intermediate—menjadi input penting kemasan pangan, otomotif, manufaktur alat rumah tangga, hingga industri perikanan dan perkebunan di Sumatra. Distribusi yang andal membantu UMKM hingga pabrik besar menjaga kontinuitas produksi.
Kedua, jalur energi: pembelajaran dari panas bumi dan angin memberi rujukan teknis bagi daerah berpotensi EBT di Sumatra (geotermal, bioenergi, angin pesisir), termasuk pola kemitraan antara investor–pemda–komunitas. Efek lanjutannya adalah peluang kerja keahlian menengah–tinggi, kebutuhan logistik pelabuhan, hingga jasa perawatan industri.
Secara latar, Prajogo—kelahiran Bengkayang, Kalimantan Barat (13 Mei 1944)—memulai karier dari industri kayu sebelum membesarkan Barito Pacific Timber yang pada 1993 menjadi salah satu emiten terbesar di Bursa Jakarta. Seiring diversifikasi, grup ini berevolusi ke petrokimia dan energi.
Pada 2024–2025, pelbagai pemeringkat kekayaan (Bloomberg/Forbes) beberapa kali menempatkannya di posisi puncak orang terkaya Indonesia seiring pergerakan BREN dan aset terkait—sebuah indikator besarnya bobot grup terhadap pasar modal, sekaligus pengingat bahwa valuasi bisa berubah cepat.
Ke depan, agenda kunci bagi pelaku usaha di Sumatra adalah memastikan kesiapan rantai pasok: kontrak pasokan bahan kimia jangka menengah, pengelolaan inventori yang efisien, serta kepatuhan mutu (food grade, standar otomotif) agar ekspansi kapasitas petrokimia dan integrasi regional (Singapura–Indonesia) benar-benar menetes ke biaya produksi yang lebih kompetitif.
Di ranah energi, pemda dan kampus bisa memanfaatkan jejaring riset dan sertifikasi untuk menyiapkan SDM EBT—teknisi turbin, ahli proses, dan keselamatan—guna menangkap peluang lapangan kerja baru. Catatan penting: artikel ini informatif, bukan rekomendasi investasi; keputusan bisnis/keuangan tetap harus bertumpu pada dokumen resmi dan profil risiko masing-masing.







