PADANG, Jumat, 17 Oktober 2025, WIB — Ace Frehley, gitaris pendiri KISS yang dijuluki “Spaceman”, meninggal dunia pada usia 74 tahun, Kamis (16/10) waktu setempat. Kabar duka ini menutup perjalanan salah satu ikon rock yang berpengaruh besar terhadap estetika panggung dan teknik gitar pada era 1970–1980-an, dan dikenang luas oleh penggemar musik keras di berbagai daerah, termasuk Sumatra.
Frehley—nama lahir Paul Daniel Frehley—bergabung dengan KISS pada 1973 setelah merespons iklan audisi. Permainan gitarnya, lengkap dengan trik piroteknik dan visual futuristis, membentuk warna khas KISS. Ia menulis atau ikut menulis sejumlah nomor favorit penggemar seperti “Cold Gin” dan “Shock Me”, serta berperan dalam desain logo KISS yang ikonik.
Dalam diskografi, album solo Frehley tahun 1978 menjadi yang paling moncer di antara empat proyek solo personel KISS kala itu, berkat hit “New York Groove”. Ia sempat meninggalkan KISS pada 1982, lalu kembali untuk reuni 1996 dan berkontribusi pada album “Psycho Circus” (1998). Pada 2014, formasi awal KISS—termasuk Frehley—diabadikan dalam Rock & Roll Hall of Fame. Di luar KISS, ia merilis sejumlah karya solo dan memimpin band Frehley’s Comet.
Ace Frehley, Gitaris — “Spaceman” dikenal karena gaya main yang melesat dan showmanship panggungnya. Dalam berbagai wawancara selama bertahun-tahun, ia juga kerap menyinggung perjuangan pribadi melawan penyalahgunaan zat, sebelum menyatakan telah pulih dan kembali produktif di panggung serta studio belakangan ini.
Bagi komunitas rock di Sumatra, musik Frehley hadir di ruang-ruang latihan band sekolah, toko kaset lawas, hingga siaran radio rock malam hari. Warisan musikalnya—riff tebal nan melodis—menjadi rujukan pemain gitar muda. Bagi pelaku usaha kecil seperti penyewa studio atau penjual piringan hitam, momen berduka seperti ini kerap berdampak pada meningkatnya permintaan set lagu KISS atau rilisan katalog lawas untuk sesi tribut.
Sebagai penanda warisan, gaya stagecraft yang ia populerkan—makeup karakter, gitar mengepul asap, dan solo teatrikal—mengubah ekspektasi penonton terhadap konser rock. Banyak band penerus mengadopsi elemen serupa, dari penggunaan piroteknik hingga koreografi panggung, menjadikan Frehley bukan sekadar gitaris, melainkan arsitek pengalaman konser rock modern.
Ke depan, komunitas penggemar diperkirakan menggelar peringatan dan pemutaran lagu-lagu KISS di berbagai kota. Untuk penikmat musik di Sumatra, ini saat tepat merayakan kembali karya Frehley—baik melalui katalog KISS era 1970-an hingga rilisan solonya—sembari menjaga keselamatan jika menghadiri acara padat pengunjung.







