Gaya Hidup, Gema Sumatra – Marshanda, aktris dan penyanyi Indonesia, baru-baru ini kembali berbicara tentang perjuangannya melawan bipolar disorder.
Dia menceritakan perjalanan panjang yang harus di lalui untuk memahami akar dari masalah kesehatannya.
Saat berusia 30-an, Marshanda menyadari bahwa kebiasaannya minum kopi hitam hingga lima kali sehari sejak usia 15 tahun memengaruhi tidurnya.
Konsumsi kopi berlebihan ini berdampak buruk pada kualitas tidurnya dan kesehatannya secara keseluruhan.
Ia sering kali tidak tidur hingga larut malam, hingga jam 3 atau 4 pagi.
Ketika akhirnya menyadari bahwa konsumsi kopi berlebihan ini berkontribusi pada masalah tidurnya, ia mencoba untuk berhenti, tetapi dampaknya tidak langsung di sadari.
Masalah kesehatan mentalnya semakin memburuk ketika orang-orang terdekat mulai menyarankan penggunaan obat penenang seperti Xanax.
Pada awalnya, obat tersebut membantu Marshanda tidur, namun seiring berjalannya waktu, tubuhnya membangun toleransi sehingga dosis yang di butuhkan semakin tinggi.
Setelah satu tahun menggunakan Xanax secara teratur, ia menyadari ada yang salah ketika mulai merasa cemas dan tidak nyaman.
Keputusan Marshanda untuk berhenti mendadak dari obat memicu gejala withdrawal yang berat.
Ia mengalami insomnia parah, depresi mendalam, dan kecemasan yang tak terkendali.
Penghentian mendadak dari Xanax tanpa pengetahuan medis memperburuk kondisinya, menyebabkan berbagai gejala fisik dan emosional yang mempengaruhi kehidupannya sehari-hari.
Marshanda menggambarkan kondisinya seperti seseorang yang mendadak berhenti dari kecanduan narkoba.
“Langsung muncul segala macam gejala withdrawal. Saya marah, jadi oversensitif, gak bisa tidur, ngomong jadi cepat, dan mudah depresi,” ungkapnya.
Semua ini menambah tantangan bagi dirinya dalam menjalani hari-hari.
Marshanda akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikiater setelah merasakan bahwa kondisinya semakin tidak terkendali.
Namun, dia mengakui bahwa saat pertama kali bertemu psikiater, dia tidak memberikan informasi yang lengkap mengenai penggunaan Xanax.
Diagnosis bipolar disorder pun akhirnya diberikan.
“Saya nggak tahu apakah diagnosa itu benar atau tidak. Soalnya waktu itu saya muncul dengan gejala-gejala yang menunjukkan saya bipolar dan depresi,” jelasnya.
Meskipun sempat meragukan diagnosis tersebut, Marshanda mulai menyadari bahwa kondisi kesehatan mentalnya harus di tangani secara serius.
Sejak saat itu, Marshanda terus berupaya memahami lebih dalam tentang kondisinya dan belajar bagaimana mengelola bipolar disorder yang di diagnosis padanya.
Dia menekankan pentingnya untuk mengenali pemicu (trigger) yang bisa mempengaruhi emosi, salah satunya kurang tidur yang membuatnya merasa lebih gelisah dan cemas.
Ia belajar untuk mencintai diri sendiri dengan menerima setiap perasaan yang muncul.
Sebelumnya, ia sulit melakukannya karena merasa harus menolak perasaan negatif yang di anggap gejala bipolar.
Saat ini, Marshanda terus berbagi pengalamannya dengan harapan bisa menginspirasi orang lain untuk lebih terbuka mengenai kesehatan mental.
Menurutnya, menerima perasaan sendiri dan mendapatkan bantuan profesional adalah langkah penting dalam menghadapi gangguan mental.
“Jika kamu merasa produktivitasmu terganggu karena masalah ini, carilah bantuan,” sarannya.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News
Ikuti juga Sosial Media kami di Facebook dan Instagram.
