JAKARTA, DKI JAKARTA, Kamis, 11 Desember 2025, 13.15 WIB — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan korban jiwa banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus bertambah. Hingga Kamis pagi, sedikitnya 969–971 orang meninggal, lebih dari 250 orang masih hilang, dan sekitar 5.000 orang luka-luka.
Data BNPB yang dirangkum berbagai media menunjukkan per pukul 08.30 WIB, 969 korban meninggal dan 252 hilang, sementara pembaruan sekitar pukul 10.30 WIB menyebut angka 971 meninggal dan 255 hilang. Perbedaan ini mencerminkan proses pendataan dinamis di lapangan yang masih berlangsung. Pengungsi dilaporkan mendekati 900 ribu hingga 1 juta jiwa, dengan Aceh menjadi provinsi dengan jumlah pengungsi dan rumah rusak terbesar.
BNPB merinci, korban meninggal terbanyak berada di Kabupaten Agam, Sumbar, dengan 183 jiwa, disusul Aceh Utara (138), Tapanuli Tengah (110), Tapanuli Selatan (85), dan Aceh Tamiang (58). Di sisi pengungsian, Aceh Tamiang mencatat 252.600 pengungsi, diikuti Aceh Timur (238.500), Aceh Utara (166.900), Bireuen (54.100), dan Gayo Lues (33.800).
“Angka ini masih bisa berubah karena proses pencarian korban hilang dan verifikasi data di lapangan belum selesai,” demikian garis besar penjelasan BNPB yang dikutip sejumlah media nasional. Banjir dan longsor juga merusak sedikitnya 158 ribu rumah dan lebih dari 1.900 fasilitas publik di Aceh, Sumbar, dan Sumut, mulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan, rumah ibadah, gedung kantor, hingga ratusan jembatan.
Bagi warga di Sumatra, khususnya di Aceh, Sumut, dan Sumbar, dampak kerusakan ini terasa pada layanan publik sehari-hari: sekolah banyak yang masih diliburkan atau dipindah ke tenda darurat, pelayanan kesehatan bergantung pada fasilitas yang selamat, dan akses ekonomi lokal terganggu karena jalan dan jembatan putus. Di beberapa kabupaten, pasar tradisional baru mulai menggeliat lagi setelah akses jalan dibersihkan.
Sebagai respon, Pemerintah Aceh dan Sumut memperpanjang status tanggap darurat hingga 24–25 Desember 2025, membuka ruang bagi mobilisasi anggaran dan logistik yang lebih cepat. BMKG, BNPB, dan BPBD setempat juga mewanti-wanti potensi hujan lebat lanjutan akibat dinamika atmosfer dan keberadaan bibit siklon tropis 91S di Samudra Hindia yang masih dapat memicu peningkatan intensitas hujan di Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, dan Lampung.
BNPB mengimbau masyarakat untuk mengutamakan keselamatan, tidak memaksa pulang ke rumah yang masih berada di zona rawan banjir dan longsor, serta aktif memanfaatkan informasi peringatan dini dari BMKG. Donasi publik, baik berupa uang maupun logistik, juga terus dibuka melalui berbagai lembaga resmi untuk membantu pemulihan jangka menengah, terutama di desa-desa yang kehilangan banyak anggota keluarga dan mata pencaharian.






