Damaskus, 17 Juli 2025 — Situasi keamanan di Suriah kembali memanas setelah rentetan serangan udara dilancarkan oleh militer Israel pada Selasa malam (16/7), menyasar sejumlah fasilitas penting di ibu kota Damaskus. Dalam serangan tersebut, sedikitnya 28 orang dilaporkan tewas, termasuk warga sipil dan anggota militer Suriah.
Kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan bahwa target utama dari serangan adalah istana presiden di Qasyoun, markas militer, serta pusat komunikasi yang diduga digunakan oleh kelompok pro-Iran. Ledakan besar terdengar hingga ke pusat kota dan menyebabkan kerusakan parah pada gedung-gedung di sekitarnya.
Militer Israel belum memberikan keterangan resmi, namun berbagai sumber internasional menyebutkan bahwa serangan ini merupakan bagian dari kampanye Israel untuk mencegah pengaruh militer Iran di kawasan tersebut. Israel secara konsisten menyatakan tidak akan membiarkan Iran membangun kekuatan militer di Suriah yang dapat mengancam keamanannya.
Di sisi lain, wilayah selatan Suriah juga dilanda kekerasan. Provinsi Sweida yang mayoritas dihuni kelompok Druze menjadi lokasi bentrokan berdarah antar kelompok lokal yang bersenjata. Menurut laporan dari Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), sedikitnya 37 orang tewas dan lebih dari 180 lainnya luka-luka akibat bentrokan yang dipicu sengketa sumber daya dan isu sektarian.
Konflik internal ini menambah kompleksitas situasi di Suriah yang selama lebih dari satu dekade dilanda perang saudara. Pemerintah Bashar al-Assad sejauh ini belum memberikan komentar atas situasi di Sweida, namun aktivis lokal menyebut bahwa aparat keamanan terlihat dikerahkan ke sejumlah titik strategis untuk meredam kerusuhan.
Masyarakat internasional menyuarakan keprihatinan atas eskalasi kekerasan ini. PBB menyerukan agar semua pihak menahan diri dan mengedepankan penyelesaian damai. “Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Suriah, baik oleh serangan asing maupun konflik domestik. Prioritas utama adalah perlindungan warga sipil,” kata juru bicara Sekjen PBB di New York.
Konflik Suriah yang telah berlangsung sejak 2011 kini memasuki fase yang semakin kompleks, dengan keterlibatan kekuatan regional dan internasional, serta meningkatnya ketegangan antar kelompok etnis dan sektarian di dalam negeri.







