JAKARTA, Sabtu, 18 Oktober 2025, WIB — UK Research and Innovation (UKRI) meluncurkan program pendanaan sebesar £12 juta untuk memperkuat sistem akuakultur berkelanjutan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Inisiatif ini menargetkan riset lintas disiplin terkait perubahan iklim, manajemen penyakit, dan ketahanan pangan—membuka peluang kolaborasi bagi universitas, pemda, dan pelaku budidaya di Sumatra.
Program ini dikelola dewan riset BBSRC dan NERC, dengan skema kerja sama antara peneliti Inggris dan mitra lokal di kawasan seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Fokusnya mencakup budidaya rumput laut dan moluska, serta pengembangan alat pemantauan kualitas air berbiaya rendah untuk pembudidaya skala kecil. UKRI sendiri merupakan lembaga pendanaan riset nasional Inggris yang setiap tahun menyalurkan dana publik sekitar miliaran pound untuk inovasi lintas sektor.
Dr Amanda Collis, Direktur Eksekutif Strategi Riset dan Program BBSRC — “Kami berinvestasi pada empat proyek akuakultur berkelanjutan guna membangun kemitraan peneliti Inggris–Asia Tenggara dari dana ODA senilai £12 juta.” Pernyataan ini menegaskan penguatan jejaring riset dan transfer teknologi yang diharapkan berdampak langsung pada praktik budidaya di lapangan.
Bagi warga dan pelaku usaha di Sumatra, peluang yang bisa dipersiapkan antara lain kemitraan kampus–industri untuk topik penyakit udang, peningkatan ketelusuran produk kerang, hingga inovasi budidaya rumput laut yang tahan perubahan iklim. Pemerintah daerah dan UMKM perikanan dapat memetakan kebutuhan data, membuka akses lokasi uji coba, dan menyiapkan rencana hilirisasi agar hasil riset cepat terterapkan dalam standar operasional harian.
Sebagai konteks, inisiatif kerja sama UKRI di Asia Tenggara belakangan juga mencakup pendanaan kolaborasi penyakit infeksi dan antimikroba dengan mitra Indonesia, serta penguatan ekosistem “blue economy” melalui program pendukung lintas negara. Rangkaian program ini menunjukkan tren pembiayaan yang menautkan riset, kebijakan, dan kesejahteraan komunitas pesisir.
Langkah berikutnya, perguruan tinggi dan inkubator bisnis di Sumatra disarankan menyiapkan draf proposal kolaboratif, daftar kebutuhan alat uji, serta rencana keterlibatan komunitas pembudidaya. Pemda dapat mengoordinasikan forum data lingkungan (salinitas, suhu, kualitas air) dan menautkannya dengan laboratorium kampus setempat. Informasi resmi terkait batch pendanaan atau hasil seleksi terbaru tetap menunggu pembaruan UKRI [Menunggu verifikasi].







