YONGIN, KOREA SELATAN — Tim nasional Jepang berhasil menaklukkan China dengan skor meyakinkan 2-0 pada laga lanjutan EAFF E-1 Football Championship 2025 yang digelar di Yongin, Korea Selatan, Jumat (12/7/2025) malam. Dua gol Jepang vs Cina masing-masing dicetak oleh Mao Hosoya dan Henry Heroki Mochizuki.
Kemenangan ini mempertegas dominasi Jepang dalam sejarah pertemuan mereka dengan China. Berdasarkan data pertandingan resmi, Jepang telah mencatatkan 20 kemenangan dari total 44 kali bentrok, sementara China baru meraih 15 kemenangan, dan sembilan laga lainnya berakhir imbang.
Gol pertama lahir di menit ke-11 melalui sontekan Hosoya setelah menerima umpan silang dari Tanaka. Dominasi Jepang berlanjut hingga babak kedua, di mana Mochizuki menggandakan keunggulan pada menit ke-63 memanfaatkan kesalahan lini belakang China. Sepanjang pertandingan, Jepang menguasai bola hingga 65 persen dan menciptakan 17 percobaan tembakan, tujuh di antaranya mengarah ke gawang.
Dominasi Berlanjut
Dalam lima pertemuan terakhir, Jepang mencatatkan empat kemenangan dan satu hasil imbang. Pertemuan paling mencolok terjadi pada kualifikasi Piala Dunia 2026, saat Jepang membantai China dengan skor telak 7-0. Kondisi ini memperkuat posisi Jepang sebagai kekuatan utama sepak bola Asia Timur, sementara China terus berupaya mengejar ketertinggalan.
Lebih dari Sekadar Sepak Bola
Rivalitas antara Jepang dan China dalam sepak bola tak dapat dilepaskan dari latar belakang historis dan geopolitik yang panjang. Pertemuan pertama kedua tim terjadi pada Far Eastern Games 1917, dan sejak itu pertandingan mereka kerap diselimuti tensi tinggi.
Ketegangan memuncak dalam sejumlah laga penting, seperti final Piala Asia 2004 di Beijing yang sempat memicu kerusuhan suporter dan protes anti-Jepang di Tiongkok. Situasi tersebut menjadi refleksi kompleksitas hubungan kedua negara yang melampaui ranah olahraga.
Reaksi Pelatih dan Pandangan Regional
Pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, dalam konferensi pers usai pertandingan menyatakan bahwa timnya tidak pernah menganggap enteng China. “Kami selalu menghormati lawan, terlebih China yang terus menunjukkan peningkatan,” ujarnya.
Di sisi lain, pelatih China menyoroti minimnya konsistensi dan kurangnya agresivitas pemainnya dalam menyerang. Kekalahan ini merupakan yang kedua secara beruntun di turnamen, setelah sebelumnya takluk 0-3 dari Korea Selatan.
Bagi kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, rivalitas ini juga memberikan dampak tersendiri. Jepang dan China merupakan dua kekuatan utama yang turut mempengaruhi dinamika politik, ekonomi, dan budaya di kawasan. Dalam konteks itu, pertandingan semacam ini menjadi perhatian bukan hanya dari sisi hiburan, melainkan juga pengaruh simbolik antar bangsa.
EAFF E-1 Championship 2025 kembali memperlihatkan betapa kuatnya dominasi Jepang vs Cina. Namun, lebih dari sekadar kemenangan di atas lapangan, laga ini menjadi cerminan dari persaingan historis dan politis yang terus hidup antara dua negara besar di Asia Timur. Jepang kini semakin percaya diri menatap laga berikutnya, sementara China harus segera berbenah jika ingin bangkit dari keterpurukan di turnamen ini.