OPINI – Di tengah ramainya tren kuliner di media sosial, banyak usaha kecil mulai tumbuh dengan ciri khas masing-masing. Salah satu yang menarik perhatian adalah Jajanan Naysa, usaha rumahan yang digeluti seorang mahasiswi di Padang. Brand ini menghadirkan kudapan manis seperti bolu ketan hitam keju lumer, brownies fudgy, hingga cookies dengan resep sederhana namun tetap menggugah selera.

Jajanan Naysa termasuk kategori homemade karena benar-benar dikerjakan dari rumah, tanpa modal besar dan hanya mengandalkan peralatan sederhana.
Pemiliknya, Naysa, adalah seorang mahasiswa yang sehari-harinya disibukkan dengan kuliah. Walaupun begitu, ia masih mampu meluangkan waktu untuk meracik adonan, memanggang kue, hingga mengemas pesanan.
Kesungguhan tersebut membuat produknya terasa lebih personal, karena setiap loyang kue dihasilkan dengan penuh ketulusan di tengah keterbatasan waktu nya naysa yang merupakan mahasiswa universitas andalas
Target Pasar
Sasaran utama Jajanan Naysa adalah mahasiswa. Segmen ini dipilih bukan tanpa alasan, karena camilan manis yang praktis sekaligus terjangkau sangat dibutuhkan oleh anak muda. Baik untuk menemani belajar kelompok, nongkrong bersama teman, maupun sekadar pengganjal perut di sela-sela aktivitas kampus.
Harga yang ramah di kantong menjadi nilai tambah. Misalnya, bolu ketan hitam keju lumer mini dibanderol Rp6.000 per potong, sedangkan ukuran loyang besar hanya Rp53.000.
Harga tersebut membuat produk Jajanan Naysa tetap bisa bersaing, sekaligus menjawab kebutuhan mahasiswa akan jajanan enak tanpa harus merogoh kocek dalam.

Selain menjual produk, Naysa juga memanfaatkan lingkaran pertemanan kampus untuk membangun kepercayaan. Banyak pelanggan yang kemudian membagikan testimoni di Instagram setelah mencicipi produknya. Cerita-cerita dari konsumen ini diunggah kembali sebagai bukti bahwa produknya memang disukai. Promosi semacam ini terbukti lebih efektif karena mahasiswa cenderung percaya pada rekomendasi dari orang terdekat.

Strategi promosi digital
Dalam menjalankan bisnisnya, Naysa mengandalkan media sosial sebagai etalase utama. Akun Instagram digunakan untuk menampilkan foto produk yang rapi dan menarik, lengkap dengan daftar harga yang jelas. WhatsApp menjadi jalur komunikasi cepat, khususnya untuk melayani pesanan sistem pre-order sehari sebelumnya.
Untuk meningkatkan kedekatan dengan audiens, pemilik Jajanan Naysa aktif memanfaatkan fitur interaktif di Instagram seperti polling, Q&A, hingga giveaway kecil-kecilan. Ia juga tak jarang membuat video singkat tentang proses pembuatan kue. Konten semacam ini memberi kesan transparan sekaligus menekankan kebersihan dan kualitas. Meski pengikut Instagram @jualan_naysa masih sekitar puluhan, interaksi tetap terjaga berkat konsistensi unggahan..
Tantangan dan Harapan
Meski potensinya besar, usaha ini tentu punya tantangan. Persaingan dengan banyak UMKM kuliner lain di Padang serta keterbatasan jumlah pengikut media sosial membuat brand ini harus lebih kreatif. Namun, peluang masih terbuka lebar.
Beberapa strategi yang bisa diterapkan antara lain bekerja sama dengan influencer kampus untuk memperluas jangkauan, membuat paket hemat khusus anak kos, atau menyediakan layanan pre-order untuk acara kampus.
Dengan begitu, Jajanan Naysa tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi juga hadir lebih dekat dalam keseharian mahasiswa.
Jajanan Naysa adalah bukti bahwa keterbatasan waktu dan sumber daya bukanlah hambatan untuk memulai usaha. Dengan ketekunan, kreativitas, dan pemanfaatan media sosial, brand ini mampu menjangkau konsumen muda sekaligus memperkuat identitasnya sebagai UMKM homemade.
Jika dikelola secara konsisten, bukan tidak mungkin produk ini akan semakin dikenal dan menjadi pilihan favorit di kalangan mahasiswa.







