Opini, Gema Sumatra – Bagi penyintas kanker, penyakit ini adalah ujian kehidupan yang datang tanpa peringatan. Penyakit ini datang tanpa aba-aba, memaksa mereka yang terdiagnosis untuk memulai perjalanan penuh ujian dan harapan. Saat ini kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah kematian sebesar 9,6 juta per tahunnya.
Sementara di Indonesia, kanker merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi setelah stroke dan hipertensi. Menurut data Pusat obeservasi global (Globocan data), pada tahun 2022 tercatat lebih dari 408 ribu kasus baru kanker di Indonesia, dengan hampir 242 ribu kematian. Jenis kanker yang menjadi penyebab kematian tertinggi adalah kanker payudara, paru-paru, dan hati.
Kanker bukanlah penyakit yang mudah diatasi, tetapi bukan berarti tidak ada harapan untuk sembuh, terutama dengan deteksi dini yang dapat meningkatkan peluang kesembuhan. Meski jumlah kasus kanker terus meningkat, masih ada ribuan orang berhasil bertahan menjadi penyintas setiap tahunnya. Namun, perjalanan seorang penyintas kanker tidak berakhir ketika penyakit itu berhasil dikalahkan.
Bagi penyintas kanker, kemenangan melawan kanker hanyalah awal dari perjuangan baru. Setelah dinyatakan sembuh, mereka masih harus menghadapi berbagai tantangan, seperti efek samping pengobatan, trauma emosional, hingga tekanan untuk mejaga kesehatan tubuh agar kanker tidak kembali. Perjuangan inilah yang sering kali tidak terlihat, tetapi menjadi bagian penting dari perjalanan seorang penyintas.
Lalu, apa artinya menjadi seorang penyintas kanker? Apakah setelah dinyatakan sembuh, semuanya kembali normal?
Kanker adalah penyakit yang terjadi ketika sel-sel tubuh tumbuh tanpa kendali, menyerang jaringan sehat, dan menyebar ke organ lain. Tidak seperti sel normal yang memiliki siklus hidup teratur, sel kanker terus berkembang liar tanpa henti. Menjadi penyintas kanker adalah tentang melanjutkan hidup dengan kenyataan baru. Sebuah perjuangan yang tak pernah benar-benar selesai.
Ketika kanker berhasil dikalahkan, perjuangan sebenarnya baru dimulai. Kehidupan setelah kanker tidaklah seperti memulai babak baru yang bersih dari noda. Penyintas sering kali menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Efek dari pengobatan seperti kemoterapi dan radioterapi meninggalkan jejak yang tak mudah dihapus.
Sebagian besar penyintas masih harus menghadapi keletihan fisik seperti kelelahan berkepanjangan, gangguan pada fungsi tubuh, bahkan komplikasi jangka panjang seperti masalah jantung yang muncul setelah kemoterapi, sering kali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Tubuh mereka seolah menjadi peta yang mencatat jejak perjuangan mereka melawan ganasnya kanker.
Namun, tantangan terbesar sering kali dari sisi psikologis. Di balik senyuman yang mereka tunjukkan, tersembunyi rasa takut yang tak kunjung hilang. Takut bahwa suatu hari nanti, kanker bisa kembali mengetuk pintu kehidupan mereka.
Kecemasan dan stres sering kali menjadi teman yang tak diundang, membayangi setiap pemeriksaan kesehatan atau rasa sakit yang muncul tiba-tiba sulit dilepaskan setelah pengobatan selesai. Selain itu, stigma sosial juga masih ada, dan banyak penyintas merasa kesulitan untuk kembali menjalani kehidupan normal seperti sebelum mereka sakit baik dalam pekerjaan, hubungan sosial, maupun aktivitas sehari-hari.
Para penyintas kanker yang telah menyelesaikan pengobatannya, umumnya sering mengalami kelelahan baik secara fisik maupun mental. Kelelahan merupakan gejala yang sering dialami oleh pasien kanker dan dikenal sebagai Cancer Related Fatigue (CRF). Berbeda dari kelelahan biasa yang biasanya berkurang setelah istirahat, kelelahan pada pasien kanker cenderung terus berlanjut meskipun mereka telah beristirahat. Kondisi ini sulit untuk diatasi dibandingkan dengan kelelahan normal (Herdman & Kamitsuru, 2015).
Efek samping ini bisa berlangsung berbulan-bulan setelah pengobatan selesai. Selain itu, banyak penyintas juga mengalami gangguan psikologis akibat pengalaman melawan kanker, seperti kecemasan atau bahkan depresi. Oleh karena itu, dukungan psikologis juga sangat penting dalam proses pemulihan mereka.
Untuk mendukung pemulihan fisik dan mental mereka, penyintas kanker perlu menjaga gaya hidup sehat setelah pengobatan. Mengadopsi pola makan teratur dapat meningkatkan kualitas hidup. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga ringan, seperti berjalan kaki, yoga, atau berenang, dapat mengurangi kelelahan, meningkatkan suasana perasaan, dan memperbaiki fungsi tubuh secara keseluruhan.
Disamping itu, menjaga pola makan yang bergizi sangat penting bagi penyintas kanker. Diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan protein berkualitas dapat membantu tubuh mereka pulih lebih cepat dan mempertahankan energi. Nutrisi yang baik juga penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan mengurangi risiko infeksi.
Dalam hal menjaga kesehatan mental mereka, dengan mengelola stres, mencari hiburan, dan tetap terhubung dengan orang-orang yang mereka cintai dapat membantu mereka mengurangi perasaan cemas dan merasa lebih positif tentang masa depan.
Penyintas kanker memang tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk kembali menjalani hidup dengan cara yang lebih bermakna dan sehat. Peran masyarakat sangat penting dalam memberikan dukungan moral dan sosial kepada mereka. Mengurangi stigma terhadap penyintas kanker dan memberikan mereka tempat yang nyaman dalam masyarakat adalah langkah pertama yang harus kita lakukan. Dukungan sosial dan psikologis sangat berperan dalam mempercepat pemulihan mereka.
Selain itu, keberadaan komunitas pendukung atau kelompok terapi lanjutan adalah pelita di tengah kegelapan, membantu para penyintas kanker menemukan kembali cahaya dalam kehidupan mereka. Di sini, mereka dapat saling berbagi pengalaman, mengelola stres dan mengatasi kecemasan pasca-kanker bersama orang-orang yang memiliki pengalaman serupa.
Dalam komunitas ini juga nantinya mereka tidak akan merasa sendirian, memperoleh kekuatan dan pelukan hangat dari sesama yang memahami perjuangan mereka. Bagai benang yang menyulam luka, dukungan semacam inilah yang menyatukan kepingan hati mereka yang sempat rapuh. Memberikan mereka semangat juang dalam menghadapi masa depan yang masih penuh dengan angin dan badai.
Mari bersama-sama kita memberikan dukungan kepada para penyintas kanker, baik secara finansial maupun emosional. Karena dukungan kita menjadi pupuk yang menumbuhkan harapan baru di ladang yang sempat gersang. Kita semua dapat berpartisipasi dalam penggalangan dana untuk pengobatan kanker, atau pun menjadi relawan di komunitas penyintas kanker yang bergerak untuk membantu mereka.
Lebih penting lagi, mari kita menjadi suara yang lantang menyebarkan pentingnya deteksi dini pada kanker dan pencegahannya, ibarat alarm yang membangunkan kita dari bahaya tersembunyi, sehingga lebih banyak nyawa dapat diselamatkan sebelum terlambat.
Kanker mungkin telah mencuri halaman dari buku kehidupan mereka, tetapi semangat untuk bertahan hidup menjadi bukti bahwa cerita mereka belum berakhir. Mereka, para penyintas kanker, adalah penulis ulang takdir mereka, membangun babak baru yang penuh keberanian. Mereka mengajarkan kita bahwa setiap matahari terbit adalah tanda untuk kembali bangkit, melangkah lebih kuat, dan merayakan hidup dengan makna yang lebih mendalam.
Melalui tangan kita, mari ciptakan dunia yang lebih peduli dan penuh kasih, di mana penyintas kanker bukan hanya sembuh secara fisik, tetapi juga tumbuh secara mental dan spiritual. Mereka adalah bukti hidup bahwa badai tak pernah bertahan selamanya. Setelah hujan, selalu ada pelangi, dan setiap perjuangan menyisakan harapan baru yang indah dan tak tergoyahkan.







