PADANG, Sumatera Barat, Rabu, 8 Oktober 2025, WIB — Bulan purnama jatuh pada Selasa, 7 Oktober 2025 pukul 10.47 WIB dan termasuk kategori supermoon (sering disebut “Harvest Moon”). Warga Sumatra bisa menyaksikan puncak penampakan pada malamnya saat Bulan terbit dekat waktu matahari terbenam. Artikel ini merangkum jam kemunculan (moonrise) di beberapa kota, konteks ilmiah, serta imbauan keselamatan di wilayah pesisir.
Pada fase purnama, Bulan tampak bundar sempurna karena berhadapan dengan Matahari. Khusus 7 Oktober, jarak Bulan relatif lebih dekat ke Bumi dibanding rata-rata tahunan sehingga terlihat sedikit lebih besar dan terang (supermoon). Istilah “Harvest Moon” merujuk pada purnama terdekat dengan titik ekuinoks musim gugur di belahan utara; penyebutan ini lazim dipakai di kalender astronomi populer.
Dari sisi data waktu, Bulan terbit pada malam 7 Oktober dengan selisih menit antar kota. Patokan moonrise: Medan sekitar pukul 18.23; Padang ±19.07; Palembang ±18.03. Siang harinya, momen puncak purnama terjadi pukul 10.47 WIB. Secara jarak, konfigurasi supermoon kali ini menempatkan Bulan sekitar 361–362 ribu km dari Bumi (bervariasi antar rujukan), membuat piringan tampak sedikit lebih besar ketimbang purnama biasa. Bagi penikmat langit, waktu terbaik memotret adalah saat Bulan baru melewati cakrawala timur—ukuran tampak lebih dramatis karena efek perspektif dan hamburan cahaya rendah.
“Teguh Rahayu, Kepala Stasiun Geofisika Bandung BMKG — ‘Supermoon terjadi saat purnama berdekatan dengan perige; Bulan tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya.’ ” Penjelasan ini sejalan dengan edukasi astronomi yang menekankan bahwa perubahan ukuran yang kita rasakan juga dipengaruhi efek ilusi bulan dekat cakrawala.
Dampak bagi warga: pertama, tontonan langit yang aman dilihat dengan mata telanjang. Gunakan lokasi lapang menghadap timur—misalnya tepi pantai yang aman, dataran tinggi, atau taman kota. Kedua, untuk wilayah pesisir Sumatra (Belawan–Medan, pantai timur Sumut, sebagian pesisir Riau, hingga pesisir Sumsel), fenomena purnama yang berdekatan dengan perige dapat memicu pasang maksimum (spring tide). BMKG beberapa kali mengingatkan potensi banjir rob saat fase purnama/perige; karena itu, warga pesisir disarankan memantau prakiraan maritim setempat, menghindari parkir di bibir pantai, dan mengamankan barang di area rendah ketika jadwal pasang tinggi.
Sebagai latar, “Harvest Moon” kerap menjadi purnama paling menonjol pada paruh akhir tahun dan pada 2025 digolongkan sebagai supermoon pertama dari rangkaian purnama dekat-perige jelang November–Desember. Di Indonesia, purnama berikutnya yang juga dekat perige diperkirakan terjadi pada 5 November dan 4 Desember 2025. Walau secara ilmiah supermoon hanya beberapa persen lebih besar dibanding purnama biasa, kontrasnya kerap terasa ketika Bulan baru naik dari horizon, berwarna keemasan, dan berdampingan dengan objek rujukan (gedung, pepohonan, mercusuar).
Langkah lanjut untuk pembaca: (1) Cek kembali jam moonrise kota Anda; sebagai gambaran, Medan ±18.23, Padang ±19.07, Palembang ±18.03 pada 7 Oktober. (2) Untuk memotret, gunakan tripod/penopang, atur ISO rendah (100–200), bukaan f/8–f/11, dan kecepatan 1/125–1/250 detik; aktifkan mode manual untuk menghindari “overexposure” piringan Bulan. (3) Perhatikan keselamatan: hindari berdiri di tepi pemecah gelombang saat pasang; ikuti penutupan sementara akses pesisir bila diumumkan. (4) Bagi sekolah/komunitas sains, jadikan momen ini sesi observasi sederhana—catat ketinggian Bulan tiap 30 menit dan amati perubahan warna/terang.







