[PALEMBANG, SUMATERA SELATAN], Rabu, 29 Oktober 2025, WIB — Adly Fairuz dikenal publik lewat sinetron Cinta Fitri sebelum terjun ke politik bersama Partai NasDem. Artikel ini merangkum profil, perjalanan karier, dan kiprah politiknya—sekaligus pelajaran bagi pemilih Sumatra ketika menilai kandidat berlatar selebritas.
Lahir 14 April 1987, Adly memulai karier akting pada 2006 dan melejit sebagai Aldo di Cinta Fitri (2007–2011). Ia juga merilis karya musik dan tetap aktif di industri hiburan sembari mengeksplorasi ranah publik. Pada 2018–2019, Adly masuk gelanggang politik sebagai calon anggota DPR RI dari NasDem (Dapil Jateng I) dan sempat disebut dalam dinamika Pilkada Karawang 2020.
Data ringkas: nama lahir Ahmad Adly Fayruz; pendidikan SMA Negeri 7 Bandung; profesi aktor–penyanyi–politikus; bergabung dengan Partai NasDem sejak 2019; menikah dengan Angbeen Rishi (2020). Pada Pileg 2019, NasDem Jawa Tengah mengusung sejumlah figur selebritas termasuk Adly sebagai vote getter; fenomena “caleg artis” juga tercatat dalam riset politik elektoral di Indonesia.
Adly Fairuz, Caleg NasDem (2018): “Semua pihak mendukung rencana saya… setiap akhir pekan saya mendatangi daerah pemilihan bertemu calon pemilih.” Ia juga menyatakan, “Saya siap menjadi korban hoaks… dan optimistis bisa melewati ujian itu.” Kutipan ini memberi gambaran strategi komunikasi dan kesiapan menghadapi disinformasi saat kampanye.
Bagi pemilih di Sumatra (termasuk provinsi-provinsi dengan dapil besar dan pemilih muda), pengalaman Adly menyoroti dua hal: pertama, popularitas membantu penetrasi awal, tetapi kinerja, integritas, dan kerja dapil tetap jadi tolok ukur; kedua, kemampuan menangkal hoaks dan mengedukasi pemilih menjadi bekal penting bagi figur publik yang bertransformasi menjadi politisi.
Dalam sejarah politik Indonesia, partai kerap merekrut selebritas untuk menarik pemilih. Studi akademik menunjukkan strategi ini dapat meningkatkan visibilitas partai, namun efeknya pada perolehan kursi bergantung rekam jejak, jaringan akar rumput, dan konsistensi kerja politik.
Ke depan, publik dapat menilai kiprah figur seperti Adly melalui tiga indikator: konsistensi advokasi isu (misalnya ekonomi kreatif/anak muda), kehadiran di dapil, serta transparansi sumber dana kampanye. Bagi pemilih Sumatra, pendekatan berbasis program lokal (UMKM, konektivitas, layanan publik) harus menjadi fokus dialog.







