Fatih Architecture Studio Banner
Fatih Architecture Studio Banner

Nelayan Kurangi Melaut, Harga Ikan Naik di Aceh Singkil

Gelombang 2,1–2,3 m di Pulo Banyak; pasokan menipis di pasar lokal

Harga ikan Aceh Singkil (Doğan Alpaslan Demir)
Harga ikan Aceh Singkil (Doğan Alpaslan Demir)

[ACEH SINGKIL/ACEH], Senin, 10 November 2025, WIB — Cuaca laut yang memburuk membuat sebagian nelayan di Aceh Singkil mengurangi aktivitas melaut. BMKG memprakirakan tinggi gelombang berkisar 2,1–2,3 meter di perairan Aceh Singkil–Pulo Banyak pada 10–13 November 2025. Dampaknya, pasokan ikan menipis dan harga eceran di pasar lokal naik.

Pantauan harga di Singkil menunjukkan sejumlah komoditas ikan mengalami kenaikan sekitar Rp 5.000–Rp 10.000 per kilogram dibanding kondisi normal beberapa pekan lalu. Pada jenis tertentu, pedagang menyebut tongkol yang biasanya sekitar Rp 30 ribu/kg kini ditawarkan sekitar Rp 40 ribu/kg, seiring berkurangnya suplai dari nelayan perahu kecil.

Data maritim BMKG untuk perairan Aceh Singkil–Pulo Banyak menampilkan kondisi gelombang kategori sedang (±2,1–2,3 m) dengan angin dominan barat–barat laut serta hembusan sesaat (gust) hingga sekitar 17–20 knot. BMKG juga menempatkan Samudra Hindia barat Aceh dalam status gelombang sedang selama beberapa hari ke depan, sehingga pelaku pelayaran skala kecil diimbau meningkatkan kewaspadaan.

Baca Juga:  Paslon Nomor Urut 02 Tegaskan Komitmen Syariat Islam

“Stok dari nelayan berkurang, jadi beberapa jenis naik sekitar lima sampai sepuluh ribu per kilo. Kalau cuaca kembali normal, harga biasanya ikut turun,” ujar Jefri, pedagang ikan di Singkil.

Bagi warga, kenaikan harga berdampak pada pengeluaran rumah tangga harian, sementara pelaku kuliner menyesuaikan menu atau porsi untuk menjaga harga jual. Pedagang menyarankan konsumen beralih sementara ke jenis ikan yang pasokannya lebih stabil atau memadukan dengan protein alternatif seperti ayam jika perlu.

Baca Juga:  Cuaca Lampung Hari Ini: 9 Wilayah Berpeluang Hujan

Sebagai latar, fluktuasi harga ikan di Aceh Singkil sudah terpantau sejak Oktober 2025 kala beberapa kali terjadi pembatasan melaut akibat cuaca buruk. Tren itu berulang pada awal November ini saat gelombang kembali menguat di sejumlah perairan Aceh, meski levelnya berbeda antarwilayah (Singkil cenderung sedang, beberapa area utara Aceh dapat lebih tinggi).

Baca Juga:  Milad GAM ke-48 Menjaga Perdamaian dan Persatuan di Aceh

Langkah lanjut, nelayan kecil disarankan memeriksa prakiraan maritim BMKG sebelum berlayar, menggunakan alat keselamatan standar (life jacket/EPIRB), dan menghindari keberangkatan saat puncak angin/gelombang. Pemerintah daerah bersama dinas terkait dapat menyiapkan operasi pasar terbatas bila lonjakan berlanjut serta memperkuat informasi peringatan dini di TPI/dermaga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *