PADANG, Sumatera Barat, Rabu, 26 November 2025, 12.30 WIB — Banjir dan bencana hidrometeorologi melanda Kota Padang dan berbagai daerah di Sumatera Barat setelah hujan deras berkepanjangan sejak awal pekan. BPBD Kota Padang mencatat 27.433 warga terdampak, sementara BPBD Provinsi Sumbar memperkirakan kerugian sementara mencapai sekitar Rp4,9 miliar [Menunggu verifikasi].
Data Pusdalops BPBD Padang menunjukkan banjir tersebar di sedikitnya sembilan kecamatan, dengan Kecamatan Koto Tangah menjadi wilayah terdampak terbesar, mencapai sekitar 20.983 jiwa. Selain Koto Tangah, banjir juga melanda kawasan Nanggalo, Padang Utara, hingga sejumlah titik di Kecamatan Pauh dan Kuranji. Puluhan ribu warga merasakan dampak mulai dari genangan di rumah, akses jalan terputus, hingga kerusakan perabot dan kendaraan.
Pemerintah Provinsi Sumbar melalui BPBD memperkirakan kerugian sementara akibat rangkaian banjir dan longsor di 11 kabupaten/kota mencapai lebih dari Rp4,9 miliar. Angka ini mencakup kerusakan rumah, fasilitas umum, lahan pertanian, hingga infrastruktur jalan dan jembatan. Pemerintah menegaskan angka tersebut masih hasil asesmen awal dan akan diperbarui seiring pendataan detail di lapangan.
Arry Yuswandi, Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Barat — “Data kerusakan yang valid sangat penting untuk menghitung kebutuhan anggaran rehabilitasi dan rekonstruksi. Kami ingin pemulihan berjalan cepat dan tepat sasaran bagi warga yang terdampak.”
Bagi warga, banjir tidak hanya merendam rumah dan harta benda, tetapi juga memutus akses ke sekolah, tempat kerja, dan layanan kesehatan. Di kawasan Batu Busuk, Kecamatan Pauh, misalnya, puluhan keluarga dievakuasi setelah air bercampur lumpur masuk ke rumah warga. Sejumlah warga memilih mengungsi ke rumah kerabat yang lebih aman sambil menunggu air surut. Di titik lain seperti Dadok Tunggul Hitam dan kawasan permukiman di sepanjang Bypass, petugas menggunakan perahu karet untuk mengevakuasi warga yang terjebak genangan hingga setinggi pinggang orang dewasa.
Dampak banjir turut dirasakan pelaku usaha kecil. Warung, bengkel, dan lapak makanan di pinggir jalan terpaksa tutup, sementara sebagian pemiliknya harus fokus membersihkan lumpur dari bangunan begitu air mulai surut. Di beberapa pasar tradisional, pedagang mengaku mengalami penurunan omzet harian karena distribusi barang terhambat dan pembeli enggan keluar rumah saat hujan masih turun.
Cuaca ekstrem di Sumbar sendiri telah diperingatkan BMKG Minangkabau melalui rilis potensi bencana hidrometeorologi periode 21–27 November 2025. Curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir memicu luapan sungai, longsor di daerah perbukitan, dan genangan di kawasan rawan. BNPB pusat juga memasukkan peristiwa di Sumbar dalam laporan perkembangan bencana nasional, mengingat sebaran kejadian yang luas dan besarnya jumlah warga terdampak.
Untuk langkah lanjutan, BPBD bersama TNI–Polri, Basarnas, dan relawan fokus membuka akses jalan yang tertutup longsor, menyalurkan logistik, serta memperkuat posko pengungsian. Warga diimbau tidak memaksa melintasi jalan yang tergenang deras, menjauh dari tebing dan bantaran sungai saat hujan deras, serta segera melapor ke RT/RW atau posko jika membutuhkan bantuan evakuasi.







