GEMASUMATRA.COM – Provinsi Sumatera Selatan kembali menunjukkan perannya sebagai lumbung pangan nasional dengan capaian produksi gabah yang surplus. Namun di balik keberhasilan tersebut, para petani menghadapi persoalan serius berupa keterbatasan benih unggul yang justru berpotensi mengganggu produktivitas pada musim tanam selanjutnya.
Surplus gabah selama beberapa tahun terakhir dianggap sebagai pencapaian positif. Pemerintah daerah menyebut bahwa jumlah produksi beras tidak hanya cukup untuk kebutuhan masyarakat Sumsel, tetapi juga mampu menyuplai ke provinsi lain. Namun ketersediaan benih padi unggul justru semakin menipis, sehingga petani khawatir tidak bisa menanam sesuai target yang diharapkan.
Petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir mengungkapkan bahwa sebagian dari mereka terpaksa menggunakan kembali benih hasil panen sendiri. Cara ini dianggap kurang efektif karena kualitas benih sering kali menurun, sehingga berisiko terhadap hasil panen. “Kami sebenarnya ingin memakai benih unggul, tapi stoknya terbatas dan harganya mahal. Akhirnya banyak petani yang memilih benih seadanya,” kata Sarman, salah seorang petani.
Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Sumsel telah mengakui persoalan tersebut. Mereka berupaya menambah stok benih unggul dengan menggandeng Balai Benih dan produsen resmi agar kebutuhan petani dapat terpenuhi. Namun distribusi benih sering kali terkendala birokrasi serta tidak merata sampai ke desa-desa yang jauh dari pusat kota.
Krisis benih ini juga mendapat perhatian dari kalangan akademisi pertanian. Mereka menilai ketersediaan benih berkualitas harus menjadi prioritas, sebab tanpa benih unggul, target peningkatan indeks pertanaman akan sulit tercapai. Selain itu, hasil panen bisa berkurang signifikan jika petani hanya mengandalkan benih turunan yang kualitasnya menurun.
Sementara itu, sebagian kelompok tani mengusulkan agar pemerintah memperkuat program penangkaran benih lokal. Dengan begitu, petani bisa menghasilkan benih sendiri dengan kualitas terjamin tanpa sepenuhnya bergantung pada distribusi dari pusat. “Kalau penangkaran diperbanyak, petani tidak akan lagi kesulitan mencari benih,” ujar Ketua Kelompok Tani di Banyuasin.
Meski saat ini Sumsel masih menikmati surplus gabah, ancaman krisis benih tetap menjadi tantangan nyata. Jika tidak segera diatasi, situasi tersebut berpotensi menekan produktivitas dan berimbas pada ketersediaan pangan di masa depan.
Surplus gabah di Sumatera Selatan menunjukkan capaian yang patut dibanggakan. Namun krisis benih yang dialami petani dapat menjadi hambatan serius dalam mempertahankan bahkan meningkatkan produksi. Perlu langkah cepat dan konkret dari pemerintah serta dukungan para pemangku kepentingan agar kebutuhan benih unggul terpenuhi dan ketahanan pangan tetap terjaga.







