Fatih Architecture Studio Banner
Fatih Architecture Studio Banner

Inflasi Nasional 2,65%; Sumut Tertinggi 5,32% di September

Pemerintah dorong stabilisasi pangan; SPHP bantu daya beli

Ilustrasi inflasi yang terjadi di Indonesia
Ilustrasi inflasi yang terjadi di Indonesia

MEDAN/PALEMBANG, Sabtu, 11 Oktober 2025, WIB — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi nasional sebesar 2,65% (yoy) pada September 2025 dengan inflasi bulanan (m-t-m) 0,21%. Di Sumatra, Provinsi Sumatera Utara menjadi yang tertinggi dengan inflasi 5,32% (yoy), menandakan tekanan harga yang kuat di kelompok pangan.

BPS menyebut Kabupaten Deli Serdang mencatat inflasi tertinggi di Sumut pada level 6,81% (yoy), sedangkan Kota Medan terendah 4,44% (yoy). Kenaikan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, disusul perawatan pribadi dan jasa lainnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut berada di 111,11.

Asim Saputra, Kepala BPS Sumut — “Inflasi terjadi karena indeks di seluruh kelompok pengeluaran mengalami kenaikan, paling tinggi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.”

Baca Juga:  Banjir Rendam 5 Kecamatan di Medan, Ratusan Mengungsi

Bagi rumah tangga dan pelaku usaha kecil, lonjakan harga cabai, beras, dan sejumlah bahan pokok menggerus daya beli. Biaya logistik antarkabupaten serta pasokan musiman turut memengaruhi harga harian di pasar tradisional, terutama di wilayah hinterland Medan dan Deli Serdang.

Sebagai respons, pemerintah bersama Bulog menggencarkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Di Sumatera Selatan, beras SPHP dijual Rp 62.500 per kemasan 5 kg melalui ratusan titik penyalur resmi. Di Palembang, Gerakan Pangan Murah menyalurkan 4 ton beras SPHP (800 karung 5 kg) untuk menahan harga di tingkat konsumen.

Baca Juga:  Karhutla OKI Hari Ketiga, Water Bombing Terus Dikerahkan

Langkah lanjut: Pemda didorong memperluas operasi pasar dan memetakan komoditas pemicu inflasi per kabupaten/kota. Warga dapat memanfaatkan penjualan SPHP, memantau harga harian di pasar, dan menyesuaikan pola belanja pada komoditas substitusi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *