Opini  

Parahnya! Seseorang Dinilai Sesuai Gaya Berpakaian

Perilaku ini mampu memancing polemik kekerasan seksual

Ket foto: Parahnya! Seseorang Dinilai Sesuai Gaya Berpakaian (Sumber foto: */Istimewa)
Ket foto: Parahnya! Seseorang Dinilai Sesuai Gaya Berpakaian (Sumber foto: */Istimewa)

Opini, Gema Sumatra – Semakin berkembangnya zaman maka semakin banyak pengaruh yang terjadi di ruang lingkup kehidupan masyarakat. Salah satu hal yang banyak di gandrungi berbagai kalangan adalah gaya berpakaian kekinian. Dari yang berusia muda hingga tua berpakaian sudah menganut pengaruh dari budaya luar. Yang mana pada masa kini gaya berpakaian itu cenderung menggambarkan kepribadian dan selera yang unik.

Ini semua tidak jauh karena adanya perkembangan teknologi yang meluas, sehingga mempermudah berbagai kalangan untuk mencari referensi berpakaian. Salah satu gaya berbusana yaitu oversize yang mana sering digunakan oleh berbagai usia. Yang lebih parahnya anak muda jaman sekarang lebih suka mengikuti trend terbaru. Adapun gaya berpakaian remaja masa kini yang lebih mengarah mengikuti gaya kebarat-barat an dan tidak memperhatikan nilai-nilai agama.

Gaya berpakaian yang di gunakan sehari-hari itu menjadi sebuah penilaian bagi orang yang melihatnya. Memang benar jika kita berpenampilan maka orang yang akan menilainya bukan diri sendiri. Selain itu, gaya berpakaian juga menjadi wadah untuk mengekspresikan diri. Sebenarnya berpakaian itu akan berkharisma apabila memiliki kepercayaan diri yang kuat dan mampu membawakan gaya pakaian itu sendiri. Bagus atau jeleknya pakaian itu tergantung percaya diri atau tidak mengenakan nya.

Lihat Juga:  Tragedi Banjir Sumatera Alam Murka atau Ulah Manusia yang Tamak?

Sering terjadi banyak orang yang menilai orang lain dari segi penampilan nya, karena orang beranggapan apabila mengenakan pakaian rapi dan sopan maka memilki kepribadian yang baik. Berbanding terbalik jika anak muda memakai pakaian crop top atau kurang bahan, maka orang-orang akan menilai anak muda tersebut memiliki pribadi yang buruk sesuai dengan pemikirannya.

Memang benar jika berpakaian adalah hak pribadi masing-masing, akan tetapi ada benarnya jika bisa menjaga penampilan agar terlihat baik. Terkadang ada orang yang memilih teman karena gaya pakaian nya yang sangat bagus. Dan tidak jarang orang yang berpakaian lusuh dan tidak mengenal trend fashiom dijauhi dan di kucilkan dari ruang lingkup itu sendiri. Sebenarnya menilai penampilan ini bisa membunuh karakter seseorang, membuat pribadi seseorang menjadi minder dan insecure karena penampilan nya di sorot.

Lihat Juga:  Prabowo Vs Israel: Komitmen Sang Presiden Terhadap Kemerdekaan Palestina

Ada pula orang-orang yang merasa gaya berpakaian nya sudah bagus, malah memandang buruk orang yang berpenampilan biasa-biasa saja. Sebenarnya tanpa disadari gaya berpakaian itu merupakan pengaruh dari faktor sosial, dan budaya yang ada. Misalnya saja, gaya berpakaian kurang bahan itu berasal dari budaya barat, dan secara tidak langsung mampu mempengaruhi seseorang lewat media sosial, media cetak, bahkan banyak media lainnya.

Dengan demikian, dalam bidang pekerjaan pun sekarang di haruskan berpenampilan menarik dan rapi agar mampu menarik perhatian dan simpatik banyak orang. Misalnya saja, sales-sales yang menawarkan produk nya memakai pakaian yang kurang bahan agar orang yang melihat tertarik untuk berbelanja. Dan ada beberapa instansi yang mengharuskan karyawan nya untuk bisa berpenampilan rapi agar mengimbangi marketing yang ada.

Lihat Juga:  Kesehatan Mental Adalah Prioritas yang Tak Bisa Ditunda

Begitupun dengan anak muda zaman sekarang lebih memilih berpakaian kurang bahan agar memperlihatkan lekuk tubuh nya, padahal perilaku ini mampu memancing polemik kekerasan seksual. Dan nantinya akan dinilai buruk oleh orang-orang yang melihatnya. Tidak ada yang salah dalam memilih pakaian sesuai selera, namun harus tau penempatan pakaian tersebut layak atau tidaknya di kenakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *