Bedah Editorial, BISNIS – Senin yang lalu, penulis sempat berbincang dengan founder Design Hero yang berbasis di Glasgow, UK. Nicholas Robb yang juga pernah bekerja di biro arsitektur di UK, sekarang fokus menjadi designer lewat situsnya Design Hero. Akankan AI menggantikan manusia?
Jawab Nick, Artificial Intelligence (AI) hingga sepuluh tahun ke depan masih belum dapat menggantikan peran manusia.
Sama halnya seperti saat ditemukannya kalkulator maupun komputer, manusia masih dibutuhkan untuk mengoperasikan alat tersebut.
Nick menjelaskan bahwa “whoever that can connecting the dots, to make the tools more human is the one who will succeed.”
Kita bisa melihat beragam jenis AI tools di pasaran saat ini. Tidak hanya ChatGPT dari Open AI, sekarang ada Gemini, Midjourney untuk membuat gambar, dan seterusnya.
Pengoperasi alat-alat ini, ataupun manusia yang menggunakan alat ini juga tetap dibutuhkan untuk menghasilkan produksi gambar maupun text yang berkualitas.
Penulis sendiri melihat bahwa AI tools ini hanya mempercepat proses gambar, text dan bukan alih-alih menggantikan peran manusia.
Dan seperti halnya kalkulator, kita perlu belajar dasar-dasar penjumlahan, perkalian, untuk dapat menggunakan kalkulator dengan cepat.
Di bidang pendidikan pun tetap sama. Mahasiswa Arsitektur perlu belajar dasar menggambar dengan tangan, ketebalan garis hingga berfikir spasial. Hingga nanti dapat menggunakan tools yang akan membantu mempercepat seluruh proses tersebut nantinya. Namun tidak menggantikan proses yang ada karena body of knowledge dari sebuah profesi arsitek juga perlu dijaga. Apalagi arsitektur memiliki tanggung jawab yang besar mulai dari laik fungsi bangunan, estetika, logika struktur, tata kota dan seterusnya.
Sama halnya dengan ilmu kedokteran. Saat ada medical pod yang mampu menyembuhkan pasien, dokter-dokter yang mengoperasikannya juga perlu menjaga body of knowledge dan rangkaian proses di dalamnya untuk menjaga tanggung jawab profesionalnya.
“Dalam sepuluh tahun ke depan, siapa yang mampu menguasai AI, dia yang akan mampu meraup keuntungan paling besar,” sebut Nick.
Ada beragam AI tools yang ada di pasar saat ini. Seharusnya kita tidak takut dan antipati terhadap perkembangan teknologi. Sudah seharusnya kita sebagai akademisi untuk terus belajar hal baru namun kita perlu untuk membuat batasan, agar AI tools ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Seperti halnya penggunaan kalkulator untuk hal-hal tertentu saja dan seharusnya dihindari bagi seorang siswa saat menjalani pendidikan mereka.







