Bedah Editorial, OPINI – Setelah menonton CNN Indonesia dalam ulasannya Polemik 4 Pulau Aceh Berpindah Tangan Ke Sumut, Anggota DPD Dapil Aceh, Azhari Cage menjelaskan secara gamblang yang menurut saya sangat kuat argumen tersebut, kenapa 4 pulau tersebut masuk dalam wilayah administratif Provinsi Aceh. Selengkapnya dapat dilihat dibawah.
Namun menariknya, pelajaran yang bisa kita ambil dari kasus ini cukup menarik. Aceh menjadi sasaran perlemahan dari sisi ekonomi dan industri, terutama dalam kemandirian pangan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh, Agus Chusaini, mengungkap sekitar 40 persen uang masyarakat Aceh, termasuk dari bantuan sosial mengalir keluar daerah setiap hari. Hal ini disebabkan minimnya aktivitas industri dan lemahnya struktur ekonomi lokal yang mampu menahan perputaran uang di provinsi Aceh.
Jika kita perhatikan, polanya sama. Uang mengalir keluar dari Aceh setiap harinya, dan hal ini tidak disadari oleh banyak pihak, terutama Aceh sendiri.
Kita sudah tahu masalah dimana, solusi yang harus dibangun seperti apa, tinggal pengambil kebijakan untuk segera bergerak mengatasi masalah ini. Baca Episode Bedah Editorial yang lalu di bawah ini:
Hal serupa juga digaungkan oleh BI dimana mereka melihat pentingnya hilirisasi komoditas lokal di Aceh. Misalnya melalui rencana pembangunan pabrik minyak goreng yang baru-baru ini digaungkan. “Moga-moga kalau ini berhasil, paling tidak kita bisa menjaga harga minyak goreng dan nilai tambahnya juga tinggal di Aceh,” lanjut Agus Chusaini.
Menurut saya, kita harusnya dapat segera berbenah. Mulai kemandirian dalam sektor pangan sehingga barang baku seperti telur pun menjadi murah. Dampaknya secara langsung akan menekan inflasi di Aceh dan daya beli masyarakat dapat meningkat.
Setelah mampu menyapu sektor bawah, baru mencoba melahirkan terobosan dalam bidang teknologi terbarukan. Dan ini perlu dukungan serius dari institusi riset hingga investor untuk dapat melahirkan paten-paten yang memiliki daya jual besar ke luar daerah maupun negeri.