Bedah Editorial: Pengembangan Industri di Aceh Solusi Pengentasan Pengangguran dan Kemiskinan

Jumlah pengangguran di Aceh mencapai 149 ribu orang per Februari 2025

Pengembangan Industri di Aceh Solusi Pengentasan Pengangguran dan Kemiskinan (*/Istimewa)
Pengembangan Industri di Aceh Solusi Pengentasan Pengangguran dan Kemiskinan (*/Istimewa)

Bedah Editorial, OPINI – Kebutuhan adanya dan pengembangan industri di Aceh menjadi sangat krusial dalam hal pengentasan pengangguran hingga kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat angka pengangguran di Aceh tahun 2025 meningkat 4 ribu orang. Jumlah pengangguran di Aceh mencapai 149 ribu orang per Februari 2025.

Jika hanya bergantung pada pemerintah untuk lowongan kerja, maka daya serap tidak akan tercapai. Yang kedua, sektor informal saat ini sulit untuk memberikan tingkat finansial yang cukup bagi angkatan kerja.

Berbagai jenis industri dapat membantu menggenjot ekonomi di Aceh mulai dari industri kreatif, pangan, hingga komoditas ekspor berupa barang olahan.

Aceh sekarang masih defisit untuk komoditas dasar seperti lele dan telur saja harus diimpor dari Sumatra Utara. Ada apa dengan Aceh?

Lihat Juga:  Bonus Demografi Indonesia: Peluang atau Malah Jadi Masalah?

Kasih sayang dari dinas-dinas terkait perlu ditingkatkan lagi. Selain dengan cara menjangkau ke lapangan, pendampingan pengembangan dan ketersediaan pengepul untuk memudahkan petani dan peternak menjalankan bisnis mereka. Berikan pemecahan masalah dan jaga biaya produksi dengan menyiapkan pupuk, pakan tersedia sepanjang siklus panen sehingga tidak dimanfaatkan oleh oknum.

Ganti insentif uang tunai dengan bimbingan langsung dan modernisasi sistem pertanian/peternakan. Terapkan pilot project, dan jika berhasil bisa ditingkatkan skala yang lebih besar.

Lahan kita luas, SDA melimpah, SDM tersedia, teknologi perlu ditingkatkan lagi dan jaga keseluruhan rantai bisnis untuk mengurangi risiko mereka menjalankan usaha.

Industri Kreatif

Bappeda perlu melihat data impor kebutuhan rakyat Aceh. Komoditas apa yang dapat diatasi kebutuhannya sehingga tidak perlu impor dari provinsi lain. Hal ini dapat mengurangi biaya transportasi barang sehingga mampu mengurangi biaya barang di Aceh. Hasil akhirnya, inflasi menurun dan daya beli masyarakat menjadi lebih tinggi.

Lihat Juga:  Persiraja Rebut Puncak Klasemen Usai Kalahkan Bekasi City

Setelah itu, pengembangan industri kreatif seperti kain, tekstil, dan seterusnya yang memberikan nilai tambah barang yang signifikan.

Tingkat ini akan jauh lebih sulit dan semoga ke depannya dengan demografi Aceh yang lulusan Sarjananya semakin banyak, tantangan untuk berinisiatif, kreatif, dan etos kerja yang baik semoga dapat dibarengi dengan kesiapan infrastruktur dan pemerintah untuk menunjang itu semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!