Jakarta, 9 September 2025 — Pemerintah Indonesia resmi mengumumkan program ambisius mendatangkan satu juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan. Proyek senilai sekitar Rp48 triliun ini bertujuan memperkuat ketahanan pangan, khususnya di sektor susu segar, sekaligus mendukung program makan gratis bagi anak-anak sekolah dan ibu hamil.
Menteri Pertanian menyebut, sekitar 196 perusahaan dalam negeri telah menandatangani komitmen untuk berpartisipasi dalam program ini. Namun, realisasi di lapangan masih jauh dari target. Hingga awal September, baru sekitar 11.375 ekor sapi perah yang berhasil didatangkan, padahal target tahun ini mencapai 200 ribu ekor.
Produksi susu dalam negeri selama ini baru mampu memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan nasional. Sisanya dipenuhi melalui impor dari Selandia Baru, Australia, dan Uni Eropa. Dengan program satu juta sapi, pemerintah berharap dapat menekan ketergantungan impor dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor peternakan serta industri olahan susu.
Selain itu, program ini juga diarahkan untuk mendukung program makan gratis yang menjadi salah satu prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Program tersebut menargetkan 83 juta penerima manfaat, termasuk anak sekolah dasar, santri di pesantren, serta ibu hamil di seluruh Indonesia.
Namun, sejumlah pihak menyoroti kendala di lapangan. Beberapa daerah belum siap dengan infrastruktur pendukung seperti kandang, pakan, dan fasilitas kesehatan hewan. Kalangan pemerhati lingkungan juga mengingatkan risiko dampak ekologi, mulai dari penggunaan lahan hingga limbah peternakan skala besar.
Di sisi lain, kalangan peternak lokal berharap program ini bisa melibatkan mereka secara langsung, bukan hanya perusahaan besar. Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah menegaskan perlunya kemitraan yang adil agar peternak kecil tidak tersisih dan justru dapat menjadi bagian dari rantai produksi nasional.
Program satu juta sapi perah adalah proyek strategis yang diharapkan mampu memperkuat produksi susu dalam negeri, mendukung program makan gratis, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor. Meski ambisius, keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, manajemen peternakan, serta keterlibatan peternak lokal secara aktif.
