Bedah Editorial: Bagaimana Cina Bangkit Menjadi Salah Satu Negara Superpower? Kilas Balik 2 Dekade

Setelah berhasil sampai titik ini, mereka tidak berdiam diri, tentunya ada perubahan strategi dari industrialisasi menjadi pemimpin terobosan teknologi.

Bagaimana Cina Bangkit Menjadi Salah Satu Negara Superpower? Kilas Balik 2 Dekade (*/Istimewa)
Bagaimana Cina Bangkit Menjadi Salah Satu Negara Superpower? Kilas Balik 2 Dekade (*/Istimewa)

Bedah Editorial, EKONOMI– Cina sekarang jauh berbeda dibandingkan dengan 2 dekade sebelumnya. Cina sekarang berhasil menggungguli baik dalam hal ekonomi, sosial budaya hingga teknologi. Nama negara superpower pantas disematkan kepada Cina, dan ini tidak lepas dari beberapa kebijakan krusial mereka.

Kebijakan yang paling krusial adalah tidak menggunakan devisa untuk menekan inflasi. Jika kita kilas balik harga Yuan dari 1981 hingga 2008 (8,3 ke 6,8) dan dari 2010 hingga 2013, terjadi penurunan Yuan – USD dari 6,8 menjadi 6,1.

Penurunan ini memberikan efek menarik kepada ekonomi Cina. Produksi dalam negeri menjadi lebih murah sehingga barang-barang ekspor dapat bersaing dari segi harga di pasar luar negeri. Efek berikutnya, barang impor menjadi lebih mahal sehingga konsumsi dalam negeri akan lebih memilih barang-barang produksi dalam negeri.

Lihat Juga:  Ibu-ibu Majlis Taklim Al-Hidayah Semarakkan Ramadhan dengan Tadarus Subuh Berjamaah

Investasi dari asing mulai masuk, dikarenakan biaya produksi yang sangat rendah. Infrastruktur, biaya tenaga kerja dapat ditekan menjadi sangat rendah. Kita bisa ingat pabrik iPhone, dan Alibaba mulai mempromosikan barang-barang industri ke luar negeri. Cina menjadi pusat industri bagi pasar internasional.

Pada akhirnya, industri cina dapat berkembang dengan penyerapan teknologi asing. Investasi besar yang masuk terus menerus mengurangi pengangguran. Demografi penduduk akhirnya dapat dimanfaatkan dengan sangat baik lewat kebijakan penghematan devisa negara.

Setelah berhasil sampai titik ini, negara superpower Cina tidak berdiam diri, tentunya ada perubahan strategi dari industrialisasi menjadi pemimpin terobosan teknologi.

Akankah Indonesia memiliki ksatria yang pemberani, intelektual dan karismatik yang mampu mengubah tradisi kita yang melulu menjadi sapi perah asing, lupa agama, serakah dan egoisme tinggi?

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!