Politik, Gema Sumatra – Anggota DPR Swedia menjalani kehidupan sederhana tanpa fasilitas mewah.
Mereka tidak mendapatkan tunjangan besar seperti pejabat di banyak negara lain.
Mereka hanya menerima gaji bulanan sebesar SEK 75.500 atau sekitar 6.900 dolar AS.
Angka ini di anggap rendah mengingat Stockholm, ibu kota Swedia, merupakan salah satu kota dengan biaya hidup termahal di dunia.
Meskipun begitu, para anggota DPR Swedia tidak mengeluhkan hal ini, karena bagi mereka, jabatan tersebut lebih merupakan tugas untuk melayani rakyat daripada mencari keuntungan pribadi.
Tidak ada mobil dinas untuk anggota DPR, kecuali tiga Volvo yang digunakan secara bergantian oleh Ketua dan Wakil Ketua DPR untuk keperluan resmi.
Selain itu, mereka menggunakan transportasi umum untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk saat berangkat dan pulang dari kantor.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk setara dengan warga biasa. “Kami bukan perusahaan taksi,” ujar Rene Poedtke, yang menolak gagasan fasilitas mewah bagi pejabat.
Rumah dinas yang di sediakan untuk anggota DPR juga tidak besar.
Bagi anggota yang berasal dari luar kota, mereka di berikan apartemen kecil dengan luas sekitar 16 meter persegi.
Apartemen ini hanya di peruntukkan bagi anggota yang membutuhkannya.
Jika ada anggota keluarga yang ingin menginap, mereka harus membayar biaya sewa tambahan.
Fasilitas ini lebih sederhana di bandingkan dengan banyak negara lain yang menyediakan rumah dinas mewah bagi pejabat negara.
Selain itu, anggota DPR Swedia di larang memiliki staf pribadi.
Tugas-tugas administratif dan penunjang di selesaikan oleh staf di parlemen, yang melayani seluruh anggota secara kolektif.
Ini sangat berbeda dengan sistem di negara-negara lain di mana anggota DPR sering kali memiliki beberapa staf pribadi untuk mendukung pekerjaan mereka.
Sebelum 1957, anggota DPR Swedia bahkan tidak mendapatkan gaji.
Mereka bergantung pada iuran partai atau pekerjaan sampingan. Namun, saat ini mereka menerima gaji, meski tetap jauh di bawah standar pejabat tinggi di negara lain.
Meskipun demikian, para anggota DPR Swedia tidak melihat hal ini sebagai masalah.
Seperti yang di ungkapkan oleh Per-Arne Hakansson, seorang anggota DPR, “Kami tidak berbeda dengan warga biasa.
Tugas utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami di istimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.”
Kehidupan sederhana anggota DPR Swedia menunjukkan komitmen mereka terhadap integritas dan tanggung jawab sebagai wakil rakyat.
Mereka menekankan bahwa jabatan politik bukanlah jalan untuk mengejar kekayaan atau status sosial yang lebih tinggi, melainkan untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Sistem ini di anggap sebagai contoh yang layak di tiru oleh banyak negara.
Negara-negara dengan pejabat yang menerima fasilitas mewah sering di kritik dan bisa belajar dari Swedia.
Secara keseluruhan, model sederhana yang dijalankan oleh para anggota DPR Swedia mencerminkan filosofi mereka tentang pemerintahan yang bersih dan transparan.
Sistem ini mengurangi potensi konflik kepentingan.
Anggota pemerintahan fokus pada kepentingan rakyat, bukan keuntungan pribadi.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News.