PEKANBARU/BANDAR LAMPUNG, Selasa, 23 September 2025, WIB — Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menambah suplemen dan vitamin bagi anak gajah Sumatra untuk memperkuat imunitas terhadap Elephant Endotheliotropic Herpesvirus (EEHV), menyusul kematian anak gajah “Tari” di Taman Nasional Tesso Nilo (Riau) pada 10 September 2025.
Kebijakan ditegaskan Dirjen KSDAE, Satyawan Pudyatmoko. EEHV dapat menyerang cepat—berisiko tinggi pada gajah usia <4 tahun—dan tidak menular ke manusia. Populasi gajah Sumatra diperkirakan 2.400–2.800 individu; konflik manusia–satwa masih marak, terutama di Aceh dan Lampung.
Satyawan Pudyatmoko, Dirjen KSDAE — “Belum ada vaksin efektif untuk EEHV, sehingga kami memperkuat imunitas anak gajah melalui suplemen dan vitamin, berdampingan dengan peningkatan pemantauan kesehatan.”
Bagi warga Aceh dan Lampung, kebijakan ini berdampak pada pengelolaan kantong gajah (koridor, respon konflik) sembari menjaga keselamatan wisata edukasi di TN Way Kambas dan kantong Aceh. Pelibatan masyarakat penting untuk mengurangi perburuan dan perambahan.
Riwayat kasus menunjukkan EEHV menjadi penyebab kematian anak gajah di pusat konservasi; perbaikan gizi, monitoring darah, dan penanganan dini terbukti meningkatkan peluang bertahan. Restorasi habitat dan penegakan hukum tetap diperlukan untuk mengurangi tekanan jangka panjang.
Langkah lanjut: intensifikasi pemeriksaan berkala (hematologi/virologi), suplai pakan berkualitas, protokol respons cepat saat gejala awal (lesu, bengkak), serta edukasi warga sekitar kantong gajah untuk mengurangi konflik dan mendorong pelaporan cepat.







