Aceh Utara, Gema Sumatra – Tgk M Yahya Yeddin, seorang guru ngaji berusia 70 tahun, melaporkan Iskandar Hanafiah ke polisi.
Iskandar Hanafiah, Ketua Tuha Peut Gampong, berusia 48 tahun.
Laporan ini terkait dengan dugaan penganiayaan yang terjadi pada 26 Agustus 2024 sekitar pukul 22.00 WIB.
Menurut Lembaga Bantuan Hukum Cahaya Keadilan Rakyat Aceh (CaKRA), Yahya melaporkan insiden tersebut setelah mengalami luka di pipi kanan akibat di pukul Iskandar.
Kejadian ini berawal saat Yahya pulang dari pengajian dan melihat Iskandar berdebat dengan warga.
Ketika Yahya menegur Iskandar, ia mendapatkan balasan kasar dan kemudian di serang.
Kejadian ini bukan hanya menjadi isu pribadi, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat Aceh Utara.
Fakhrurrazi menyatakan bahwa Yahya ingin menyelesaikan masalah ini secara damai.
Namun, Iskandar menolak tawaran tersebut dan memilih jalur hukum.
“Yahya berharap masalah ini dapat di selesaikan dengan baik, namun sikap Iskandar sangat mengecewakan,” kata Fakhrurrazi.
Ia menambahkan bahwa seharusnya masalah ini dapat di selesaikan dengan musyawarah, sesuai dengan Qanun Aceh, bukan melalui jalur pidana.
Ini menunjukkan bahwa ada keinginan dari pihak Yahya untuk menjaga keharmonisan dan tradisi masyarakat yang sering kali mengedepankan dialog.
Iskandar, yang merupakan tokoh masyarakat setempat, belum memberikan komentar resmi terkait tuduhan ini.
Hal ini menambah ketegangan dalam situasi yang sudah memanas di Gampong Punti.
Menurut informasi yang beredar, hubungan antara Yahya dan Iskandar sebelumnya tidak ada masalah, sehingga insiden ini mengejutkan banyak warga.
Konflik antara guru ngaji dan Ketua Tuha Peut Gampong menarik perhatian publik.
Insiden ini berpotensi mempengaruhi masyarakat di sekitar Gampong Punti.
Yahya melanjutkan aktivitasnya sebagai guru ngaji setelah insiden tersebut, meskipun ia masih merasa trauma akibat kejadian itu.
Dia mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dalam konflik yang bisa mengganggu ketenteraman di lingkungan mereka.
Dengan laporan ini, kasus penganiayaan yang melibatkan tokoh masyarakat seperti guru ngaji menjadi perhatian, menunjukkan pentingnya penyelesaian konflik dengan cara yang lebih baik.
Kasus ini menggambarkan betapa pentingnya menjaga nilai-nilai masyarakat, termasuk komunikasi dan penyelesaian masalah secara baik.
Yahya berharap insiden ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, bahwa dialog lebih penting daripada konfrontasi.
Dalam situasi seperti ini, sangat penting bagi masyarakat untuk bersatu dan mendukung satu sama lain, daripada terpecah oleh konflik yang tidak perlu.
Kejadian ini seharusnya menjadi momentum untuk mendorong masyarakat untuk lebih mengedepankan penyelesaian secara musyawarah, agar konflik tidak merusak ikatan sosial yang telah terjalin lama.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News.