Budaya  

Bedah Editorial: Tuan Tanah Vs Budak Pekerja Saat Ini, Apakah Masih Sama?

Apakah pekerja adalah suatu yang rendah?

Tuan Tanah Vs Budak Pekerja saat ini, apakah Masih sama? (*/Istimewa)
Tuan Tanah Vs Budak Pekerja saat ini, apakah Masih sama? (*/Istimewa)

Bedah Editorial, BUDAYA – Kesenjangan sosial rasanya sulit untuk punah dari muka bumi. Dahulu tuan tanah menguasai suatu kawasan, masyarakat terpaksa membayar sewa dan upeti kepada mereka.

Tanpa pengawasan yang kerja keras yang berarti, keluarga yang menguasai tanah, akan makmur sedangkan masyarakat yang terlahir miskin akan tetap miskin.

Zaman berbeda namun budaya masih sama. Katanya demokrasi, semua manusia sama, namun saat dihadapkan dengan kesenjangan kesejahteraan, tidak ada yang bertindak, bahkan mengangkat isu ini.

Apakah peran ulama dan cendikiawan umum masih belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini sampai akar rumputnya.

Simulasi Tuan Tanah

Coba bayangkan seorang tuan tanah yang memiliki dana 10 milyar Rupiah misalnya, saat menanamkan dana tersebut ke Obligasi Syariah atau Investasi lainnya yang memberikan keuntungan 7% pertahun. Maka setiap tahun akan mendapatkan keuntungan 700 juta Rupiah. Zakat 2,5% senilai 17,5 juta Rupiah. Kemudian menghitung nilai inflasi rata-rata 3% setiap tahun senilai 300 juta Rupiah untuk ditanamkan kembali ke dana pokok setiap tahun.

Lihat Juga:  Definisi, Potensi, dan Contoh Nyata Ekonomi Maritim di Indonesia

Kita bisa menghitung dana bersih senilai Rp. 700 juta – 17,5 juta – 300 juta = Rp. 382,5 juta setiap tahun. Atau gaji setara Rp. 31,8 juta setiap bulan.

Dulu saya sendiri berpikir bahwa untuk apa bekerja, yang terpenting adalah modal. Seharian bekerja, libur 1-2 hari setiap minggu, hanya mendapatkan 5 juta setiap bulan. Jika kita bandingkan dengan Rp. 31,8 juta, tentu sangat jauh.

Namun beda pastinya jika kita melihat pekerjaan sebagai ibadah. Guru, dosen, arsitek, tukang, dan seterusnya memiliki dampak yang penting dalam sebuah komunitas. Mau punya modal 10 milyar namun tidak memiliki peran yang bermanfaat, tampaknya adalah sebuah kegagalan.

Harta duniawi hanya sementara, dan merupakan titipan dari Yang Maha Kuasa. Sedangkan ujian bagi ciptaan-Nya salah satunya dengan kekurangan harta. Bahkan yang kaya hartapun akan diuji oleh Yang Maha Esa.

Lihat Juga:  Presiden Prabowo Umumkan Kenaikan UMP Nasional 6,5 Persen

Menjawab judul kita Tuan Tanah Vs Budak Pekerja, kurang lebih masih sama. Pemilik usaha, tuan tanah, akan menjadi pimpinan organisasi dan pekerja akan mengikuti arahan dari mereka.

Apakah pekerja adalah suatu yang rendah? Belum tentu. Saat seseorang mampu berkontribusi besar dan memiliki pencapaian, tidak peduli Anda seorang pekerja atau tuan tanah. Dan pada akhirnya dunia hanya sebuah ujian, masing-masing dari kita menghadapi cobaan-cobaan yang berbeda, tidak peduli kita tuan tanah ataupun budak pekerja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!