[JAKARTA/NASIONAL], Minggu, 19 Oktober 2025, WIB — Pemerintah menutup operasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2025 seraya tetap menyiagakan daerah berisiko. Riau dan Sumatera Selatan memperpanjang status siaga hingga akhir November melalui keputusan gubernur. Pemerintah pusat menyebut kinerja pengendalian berdampak pada penurunan luas terbakar tahun ini.
“Secara nasional operasi 2025 kami nyatakan selesai, namun dua provinsi masih memperpanjang status siaga sampai November,” kata Raja Juli Antoni, Menteri Kehutanan. Ia menegaskan koordinasi pencegahan tetap berjalan di enam provinsi prioritas—termasuk Riau, Jambi, dan Sumsel—untuk mengantisipasi kemunculan titik api pada peralihan musim.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai pengendalian lebih terukur dibanding tahun lalu. Luas terbakar 2025 tercatat sekitar 213.984 hektare, menurun dari 376.805 hektare pada 2024. Pengurangan armada udara dan pergeseran strategi ke pencegahan dini disebut membantu efisiensi tanpa mengurangi kesiapsiagaan.
Dampaknya bagi Sumatra: masyarakat di Riau–Sumsel tetap diimbau waspada asap lokal, terutama di areal gambut dan lahan mineral yang rentan. Pelaku usaha perkebunan diminta menjaga nol bakar, memperkuat sekat kanal dan menambah embung. Pelayanan publik (transportasi udara dan kesehatan) menyiapkan SOP bila kualitas udara menurun, meski proyeksi saat ini terkendali.
Sebagai latar, puncak karhutla 2015 dan 2019 menimbulkan jutaan hektare area terdampak dan kabut lintas negara. Penurunan signifikan pada 2025 diklaim hasil kombinasi patroli gabungan, modifikasi cuaca terukur, dan penegakan hukum terhadap pembakaran lahan.
Tahap selanjutnya, KLHK bersama BNPB dan BMKG memantau indeks bahaya kebakaran dan sebaran hotspot. Pemerintah daerah diminta menjaga komando satgas siaga hingga status dicabut. Warga dapat melapor dini bila menemukan titik api untuk pemadaman cepat.







