Medan – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan tipis pada penetapan terbaru per 3 Juli 2025. Berdasarkan hasil rapat penetapan harga yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Sumut bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), harga tertinggi ditetapkan sebesar Rp3.269,54 per kilogram.
Harga tersebut berlaku untuk TBS sawit dari tanaman dengan usia 10 sampai 20 tahun, yang merupakan kategori usia produktif optimal dalam siklus produksi kelapa sawit.
Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Ir. Siti Hariani, mengatakan bahwa meskipun kenaikan tidak signifikan, tren ini menunjukkan stabilitas harga di tengah fluktuasi pasar global. “Kenaikan harga ini menjadi kabar baik bagi petani sawit rakyat yang selama ini mengandalkan hasil kebun sebagai sumber utama penghasilan,” jelasnya.
Berikut rincian harga TBS sawit berdasarkan usia tanaman:
- Usia 3 tahun: Rp2.472,45/kg
- Usia 4 tahun: Rp2.751,02/kg
- Usia 5 tahun: Rp2.944,23/kg
- Usia 10–20 tahun: Rp3.269,54/kg (harga tertinggi)
Penetapan ini dilakukan sesuai Permentan No. 1 Tahun 2018 yang mengatur tata niaga dan harga pembelian TBS dari pekebun. Rapat juga dihadiri oleh perwakilan koperasi petani dan pelaku usaha perkebunan.
Meski kenaikannya hanya berkisar Rp10–Rp20 dari periode sebelumnya, hal ini dinilai cukup memberi semangat bagi petani swadaya. Salah satu petani sawit dari Kabupaten Labuhanbatu, Pak Darwis, menyambut positif penyesuaian harga ini. “Kenaikan sedikit ini sudah lumayan. Sekarang kami bisa hitung ulang rencana panen dan distribusi,” ungkapnya.
Sementara itu, GAPKI Sumut menyatakan pihaknya akan terus mendorong efisiensi industri hilir sawit untuk menjaga daya saing dan mendukung kesejahteraan petani.
Dinas Perkebunan Sumut juga mengimbau para petani untuk terus meningkatkan kualitas panen dan menghindari panen prematur. Pasalnya, kualitas TBS akan sangat memengaruhi harga di tingkat pabrik kelapa sawit (PKS).
Dengan naiknya harga TBS, diharapkan perekonomian masyarakat perkebunan di Sumatera Utara dapat tetap stabil dan tumbuh, terutama di tengah tantangan pasar komoditas global yang masih fluktuatif.