Jakarta Selatan, Gema Sumatra – Pada awal Desember 2024, Jakarta Selatan di kejutkan oleh kasus penikaman yang melibatkan seorang anak remaja yang menghabisi ayah, ibu, dan neneknya.
Peristiwa ini terjadi di Cilandak dan mengundang perhatian banyak pihak.
Meski pelaku diketahui sebagai anak yang cerdas dan memiliki latar belakang pendidikan yang mengesankan, tindakan kekerasan yang dilakukannya memunculkan tanda tanya besar.
Pelaku yang berusia 17 tahun, di sebutkan dalam berbagai laporan sebagai remaja yang memiliki prestasi akademik yang baik.
Kedua orang tuanya juga di kenal berpendidikan tinggi, dengan ibu yang bekerja di bidang teknologi informasi.
Teman-teman dekatnya menyebutkan bahwa ia di kenal sebagai anak yang ceria.
Menurut sumber dari teman sekolahnya, pelaku sempat terlihat tertekan dan mulai menarik diri dari kegiatan sosial.
“Ia memang di kenal baik, tidak ada yang menyangka ia bisa melakukan tindakan seperti ini,” ujar salah satu temannya.
Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, pelaku mengekspresikan penyesalan yang mendalam atas perbuatannya.
Dalam pertemuan dengan pelaku, Bintang mengungkapkan bahwa remaja tersebut mengaku tidak tahu bagaimana akhirnya ia bisa melakukan tindakan kekerasan terhadap keluarganya.
“Kami mencoba untuk memahami kondisi pelaku dan memberikan dukungan agar ia mendapatkan proses rehabilitasi,” ujarnya.
Tindakan pelaku kini tengah di periksa oleh pihak berwajib, dengan aturan peradilan anak yang berlaku.
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang terlibat dalam kasus hukum seperti ini tidak dapat di kenakan hukuman yang sama seperti orang dewasa.
Pelaku kemungkinan akan menjalani masa rehabilitasi atau pengawasan untuk membantu pemulihan mentalnya.
“Proses peradilan anak bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pelaku untuk memperbaiki dirinya, bukan sekadar hukuman,” kata Prof. Dr. H. Edi Purwanto.
Terkait dengan keluarga korban, pihak berwajib memastikan bahwa ibu dan nenek pelaku yang selamat dari serangan mendapatkan perawatan dan dukungan psikologis.
Kejadian ini memunculkan peringatan penting tentang pentingnya pemantauan kondisi mental anak, terlebih dalam keluarga yang terlihat sejahtera.
Salah satu psikolog anak, Dr. Maria Nurwahyuni, mengatakan bahwa tekanan psikologis yang tidak terlihat sering kali berperan dalam membentuk tindakan ekstrem pada anak.
“Beban emosional dan ketegangan keluarga bisa berdampak besar pada perkembangan psikologis remaja,” ujarnya.
Pemerintah melalui berbagai instansi terkait menegaskan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental anak.
Kasus ini mengajarkan pentingnya menjaga kesejahteraan emosional anak.
Prestasi akademik harus di dukung lingkungan keluarga yang harmonis.
Pemerintah juga akan memperkuat sistem pendampingan untuk anak-anak yang menghadapi masalah psikologis agar mereka bisa mendapatkan bantuan tepat waktu.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News