Bedah Editorial, OPINI – Dari pembahasan sebelumnya terkait Bonus Demografi Indonesia: Peluang atau Malah Jadi Masalah? telah membahas dilema bonus demografi dengan kesiapan kita saat ini. Terutama dalam bidang pendidikan.
Pembagian tingkat pendidikan untuk suatu bidang kerja menjadi sebuah hasil penting. Yang pada akhirnya mampu memberikan informasi kebutuhan antara SDM dan lapangan kerja tersedia.
Sebagai contoh, saat ada lahan pertanian di Aceh Besar, sebut saja sebesar 1.000 ha, maka akan membutuhkan jumlah Pekerja : Manajemen : Riset = 7 : 1 : 2. Dimana Pekerja adalah lulusan SMA/SMK Terampil, Manajemen dari Sarjana sedangkan Riset dari lulusan Master dan Doktoral.
Dengan adanya perbandingan ini, bisa menjadi konstanta saat dihadapkan dengan lahan yang tersedia. Sehingga petani yang dibutuhkan adalah Pekerja = 70 orang, Manajemen = 10 orang dan Riset = 20 orang.
Sedangkan untuk e-commerce digital perbandingannya akan tentu berbeda, misalnya 1 : 8 : 1 untuk perbandingan Pekerja : Manajemen : Riset.
Hasil perhitungan ini akan menjadi acuan bagi Bappeda untuk memetakan potensi dan kesiapan SDM dan infrastruktur daerah apa yang kurang atau lebih. Sebagai contoh, daerah yang memiliki lahan pertanian yang luas, akan tepat strateginya saat kesiapan lulusan SMA/SMK jauh lebih besar dibandingkan Sarjana.
Apalagi dari Sensus Penduduk, kita bisa mendapatkan data demografi ini dari setiap daerah. Tinggal menghitung rasio dari setiap bidang kerja dan multiplier untuk setiap ketersediaan sumber daya.
Pada akhirnya, kementerian maupun dinas terkait dapat mengarahkan daerah masing-masing untuk menghasilkan tenaga terampil dengan tingkat pendidikan yang sesuai dengan potensi daerahnya.