Pabrik Baterai Raksasa Indonesia–Tiongkok Mulai Produksi Akhir 2026, Targetkan Kapasitas 40 GWh

Pabrik sel baterai lithium-ion di Karawang bakal menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, memperkuat ambisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik.

Pabrik Baterai Raksasa Indonesia–Tiongkok (*/Istimewa)
Pabrik Baterai Raksasa Indonesia–Tiongkok (*/Istimewa)

Karawang, 3 Juli 2025 — Proyek strategis nasional berupa pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik (EV) hasil kolaborasi Indonesia dan Tiongkok dipastikan mulai beroperasi pada akhir 2026. Pabrik yang dibangun di Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat, ini merupakan hasil kerja sama antara Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL), produsen baterai terbesar di dunia asal China.

Dalam konferensi pers bersama, Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, menyampaikan bahwa pembangunan telah mencapai 55% dan ditargetkan rampung konstruksinya pada kuartal III 2026. Fasilitas ini akan mulai memproduksi baterai lithium-ion dengan kapasitas awal sebesar 6,9 GWh, dan memiliki potensi ekspansi hingga 40 GWh.

Lihat Juga:  Bareskrim Polri Tangkap DPO Judi Online di Filipina

“Kami membangun bukan hanya pabrik, tapi fondasi masa depan kendaraan listrik Indonesia. Ini bukan proyek jangka pendek, tapi langkah besar menuju transisi energi bersih,” ujar Toto.

Pabrik ini merupakan bagian dari ekosistem baterai terintegrasi dari hulu ke hilir yang diusung pemerintah, mencakup pertambangan nikel, pemurnian, produksi sel baterai, hingga daur ulang. Seluruh proses produksi menggunakan standar keberlanjutan yang diakui secara internasional.

Presiden Direktur CATL Asia Tenggara, Li Hongjie, menambahkan bahwa Indonesia merupakan mitra strategis karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yang merupakan bahan utama baterai. “Dengan sumber daya alam yang kuat dan tenaga kerja muda yang kompeten, Indonesia bisa jadi pusat baterai dunia,” katanya.

Lihat Juga:  Lamek Dowansiba Minta Uji Kembali Program Transmigrasi Papua

Pemerintah Indonesia memberikan insentif fiskal dan nonfiskal terhadap proyek ini, termasuk kemudahan izin investasi dan keringanan pajak, karena proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang turut hadir dalam peresmian progres pembangunan mengatakan bahwa pabrik ini akan menciptakan lebih dari 10.000 lapangan kerja langsung dan tidak langsung, serta membuka jalan bagi transfer teknologi dan riset bersama.

“Indonesia tidak lagi hanya ekspor bahan mentah. Kita ingin jadi pemain utama dalam industri masa depan,” tegas Bahlil.

Dengan kapasitas penuh 40 GWh, pabrik ini nantinya mampu memenuhi kebutuhan baterai untuk sekitar 800.000 unit mobil listrik per tahun. Selain untuk pasar domestik, sebagian produksi juga akan diekspor ke negara-negara mitra di Asia dan Eropa.

Lihat Juga:  Farhat Abbas dan Denny Sumargo Berdamai Soal Donasi Agus

Proyek ini juga menjadi kunci dalam mendukung target pemerintah untuk memproduksi dua juta kendaraan listrik pada 2030 dan mengurangi emisi karbon nasional hingga 29%.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!