Kapal Feri KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, 4 Orang Tewas dan Puluhan Hilang

Tragedi di tengah laut: gelombang tinggi hempaskan kapal feri pengangkut puluhan penumpang dan kendaraan.

Kapal Feri KMP Tunu Pratama Jaya (*/Istimewa)
Kapal Feri KMP Tunu Pratama Jaya (*/Istimewa)

Selat Bali, 2 Juli 2025 — Suasana duka menyelimuti perairan Selat Bali setelah kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Insiden tragis ini terjadi pada Selasa malam (2/7), sekitar pukul 20.45 WIB, saat gelombang tinggi menghantam kapal secara tiba-tiba.

Menurut data Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS), kapal tersebut mengangkut 65 orang yang terdiri dari awak dan penumpang, serta 22 unit kendaraan. Hingga Rabu pagi (3/7), tercatat 4 orang meninggal dunia, 23 orang berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat, sementara 38 lainnya masih dalam pencarian.

“Tim kami langsung bergerak setelah menerima laporan distress dari kapal. Evakuasi dilakukan di tengah cuaca ekstrem, dengan tinggi gelombang mencapai 3 meter,” ungkap Kepala Basarnas Bali, I Nyoman Sidakarya, kepada media.

Lihat Juga:  Penipuan Berkedok Fun Bike di Jogja, Oknum PNS Ditangkap

Pencarian besar-besaran masih terus dilakukan dengan melibatkan 9 armada SAR, termasuk kapal milik TNI AL, Polairud, dan sejumlah relawan setempat. Tim penyelam juga dikerahkan untuk memeriksa kemungkinan korban terjebak di dalam lambung kapal yang tenggelam.

Menurut keterangan sementara, kapal diduga kehilangan kendali setelah dihantam gelombang tinggi, dan sempat mengalami mati mesin. Beberapa penumpang dilaporkan terjun ke laut menggunakan pelampung saat kapal mulai miring. Beberapa di antaranya berhasil diselamatkan oleh nelayan sekitar yang turut membantu proses penyelamatan.

Kementerian Perhubungan telah menginstruksikan penyelidikan menyeluruh terkait kelayakan operasional kapal tersebut. “Kami mendalami aspek teknis dan keselamatan kapal, termasuk apakah pelayaran dilakukan sesuai standar cuaca dan kapasitas,” ujar Juru Bicara Kemenhub, Adita Irawati.

Lihat Juga:  Prabowo Tiba di Indonesia Usai Kunjungan Kerja 16 Hari

Di sisi lain, keluarga korban yang menunggu kabar di Pelabuhan Ketapang dilanda kecemasan dan harap-harap cemas. Beberapa dari mereka mengaku terakhir berkomunikasi dengan anggota keluarganya pada sore hari sebelum kapal bertolak.

Tragedi ini menjadi pengingat keras akan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap pelayaran lintas provinsi di wilayah rawan cuaca ekstrem, terutama di musim angin timuran seperti sekarang.

Hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi dan pencarian masih berlangsung. Pemerintah daerah, BPBD, serta relawan terus dikerahkan untuk mempercepat pencarian dan memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga korban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!